Tindakan ginekologik untuk mengakhiri kehamilan pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu disebut sebagai aborsi yang dikerjakan melalui tindakan kuretase tanpa atau disertai dengan dilatasi kanalis servikalis terlebih dulu ( D & C ).
Aborsi elektif atau “voluntary” adalah terminasi kehamilan sebelum “viability” atas kehendak pasien dan tidak berdasarkan alasan medik.
Indikasi
pengosongan uterus pada kehamilan kurang dari 20 minggu :
- Menghentikan perdarahan pervaginam pada peristiwa abortus spontan
- Kematian janin intra uterine ( IUFE-intra uterine fetal death)
- Kelainan kongenital berat yang menyebabkan gangguan anatomis atau gangguan mental hebat
- Mola hidatidosa
- Kelainan medik yang menyebabkan seorang wanita tidak boleh hamil:
- Penyakit jantung,
- Penyakit hipertensi yang berat,
- Carcinoma cervix invasif
- [Psikososial misalnya pada korban perkosaan atau “incest” yang menjadi hamil]
- [Kegagalan kontrasepsi]
Persiapan tindakan:
- Anamnesa, pemeriksaan umum dan pemeriksaan ginekologik
- Penjelasan mengenai prosedur pelaksanaan tindakan dan komplikasi yang mungkin terjadi
- Penentuan jenis kontrasepsi yang akan digunakan pasca tindakan
- “Informed consent” dari pasien dan suami [atau keluarga]
TEHNIK ABORSI
Pembedahan
- Dilatasi servik yang dilanjutkan dengan evakuasi:
- Kuretase
- Aspirasi vakum (suction curettage)
- Dilatasi dan evakuasi
- Dilatasi dan ekstraksi
- Menstrual aspiration
- Laparotomi:
- Histerotomi
- Histerektomi
Medikamentosa
- Oksitosin intravena
- Cairan hiperosmolar intra amniotik:
- Saline 20%
- Urea 30%
- Prostaglandine E2, F2α, E1 dan analoognya
- Injeksi intra amniotik
- Injeksi ekstra ovular
- Insersi vagina
- Injeksi parenteral
- Peroral
- Antiprogesterone- RU 486 ( mifepristone) dan epostane
- Methrotexate- intramuskular dan peroral
- Kombinasi bahan-bahan diatas
Perbandingan antara Tehnik Pembedahan dengan tehnik Medikamentosa :
Tehnik ABORSI MEDIKAMENTOSA
|
Tehnik ABORSI BEDAH | ||||||||||||||||
|
|
DILATASI DAN KURETASE
- Bila masih memungkinkan dan dianggap perlu, tindakan untuk memperlebar kanalis servikalis dilakukan dengan pemasangan batang laminaria dalam kanalis servikalis dalam waktu maksimum 12 jam sebelum tindakan kuretase.
- Dilatasi juga dapat dilakukan dengan dilatator Hegar yang terbuat dari logam dari berbagai ukuran (antara 0.5 cm sampai 1.0 cm)
- Setelah persiapan operator dan pasien selesai, pasien diminta untuk berbaring pada posisi lithotomi setelah sebelumnya mengosongkan vesica urinaria.
- Perineum dibersihkan dengan cairan antiseptik
- Dilakukan pemeriksaan dalam ulangan untuk menentukan posisi servik, arah dan ukuran uterus serta keadaan adneksa
- Spekulum dipasang dan bibir depan porsio dijepit dengan 1 atau 2 buah cunam servik.
Gambar 11.1 : Spekulum vagina dipasang dan dipegang oleh asisten, sonde uterus dimasukkan kedalam cavum uteri untuk menentukan arah dan kedalaman uterus
Gambar 11.2 : Dilatator hegar dijepit diantara ibu jari da jari telunjuk tangan kanan dan dimasukkan kedalam uterus secara hati-hati dan sistematis (mulai dari ukuran diameter terkecil
- Gagang sonde dipegang antara ibu jari dan telunjuk tangan kanan dan kemudian dilakukan sondage untuk menentukan arah dan kedalaman uterus
- Bila perlu dilakukan dilatasi dengan dilatator Hegar
- Jaringan sisa kehamilan yang besar diambil terlebih dulu dengan cunam abortus
- Sendok kuret dipegang diantara ujung jari dan jari telunjuk tangan kanan ( hindari cara memegang sendok kuret dengan cara menggenggam ), sendok dimasukkan ke kedalam uterus dalam posisi mendatar dengan lengkungan yang menghadap atas.
Gambar 11.3 : Sendok uterus dimasukkan secara mendatar dengan lengkungan menghadap atas dan kuretase dikerjakan secara sistematis ( searah jarum jam dan meliputi seluruh cavum uteri )
Gambar 11.4 : Pengeluaran sisa kehamilan
Regimen Aborsi Medikamentosa Untuk Kehamilan Muda :
- Mifepristone + Misoprostol
- Mifepristone 100 – 600 mg p.o diikuti dengan
- Misoprostol 400ug p.o atau 800 ug per vaginam dalam waktu 6 – 72 jam
- Methrotexate + Misoprostol
- Methrotexate 50 mg/m2 i.m atau p.o, diikuti dengan :
- Misoprostol 800 ug per vaginam dalam waktu 3 – 7 hari dan bila perlu diulang dalam waktu 1 minggu kemudian setelah pemberian methrotexate pertama
( Data dari ACOG 2001b, Borgatta 2001; Creinin 2001,2004 ; Pymar 2001, Schaff 2000, von Hertzen 2003; Wiebe 1999, 2002 )
ABORSI PADA TRIMESTER KEDUA
METODE NON INVASIF
- Oksitosin intravena dosis tinggi
- Prostaglandine E2 suppositoria
- Prostaglandine E1 (misoprostol) peroral
OKSITOSIN DOSIS TINGGI
- Berhasil pada 80 – 90% kasus
- Pemberian 50 unit oksitosin dalam 500 ml PZ selama 3 jam
PROSTAGLANDINE E2
- 20 mg Prostaglandine E2 intravaginal pada fornix posterior
- Efek samping : mual dan muntah, demam dan diare
PROSTAGLANDINE E1
- 600 ug intra vagina diikuti dengan pemberian 400 ug setiap 4 jam
- Ramsey dkk (2004) : tehnik ini lebih efektif dibandingkan oksitosin infuse dosis tinggi
Rujukan :
- Cunningham FG (editorial) : Induction of labor in “William Obstetrics” 22nd ed p 536 – 545 , Mc GrawHill Companies 2005
pak bambang widjanarko, saya mau tanya jika kuretase telah di lakukan dan berhasil, kemudian beberapa hari di lakukan pengetesan dengan menggunakan alat tespeck dan hasilnya positif, pada hal sudah di lakukan tindakan kuretase. apa yang menyebabkan hasil pengetesan positip...? thenk..
BalasHapus