Laman

Minggu, 25 Maret 2012

OSCE : HIPEREMESIS GRAVIDARUM

HIPEREMESIS GRAVIDARUM
Evaluasi mahasiswa klinik tahun ke IV dan V dengan menggunakan metode OSCE yang terdiri dari 5 stasion pengujian


STASION I :
Stasion pembuka untuk menilai KETERAMPILAN ANAMNESA mahasiswa klinik.

“Seorang wanita usia 26 tahun terlambat haid 2 bulan datang ke dokter karena mual dan muntah”

INSTRUKSI KEPADA MAHASISWA :
  • Didalam ruang pemeriksaan telah ada seorang pasien wanita yang sudah dirawat sejak tadi malam
  • Saudara diminta untuk melakukan ANAMNESA terhadap pasien tersebut
  • Pada akhir anamnesa saudara diharapkan sudah memperoleh GAMBARAN SINGKAT mengenai kasus yang saudara hadapi dan dapat merencanakan TAHAPAN PEMERIKSAAN LANJUTAN terhadap pasien .
  • Tuliskan kedua hal tersebut di Lembar Jawaban di bagian yang sudah disediakan.
  • Beritahu secara lisan pada pasien, hal-hal yang saudara tulis tersebut sebagai bagian dari AKTIVITAS KONSELING
  • Serahkan Lembar Jawaban pada penguji untuk mendapatkan penilaian (“marking”)
  • Waktu yang disediakan untuk kegiatan 10 menit


STATION 2
Stasion ini dimaksudkkan untuk menilai KETERAMPILAN KLINIK PEMERIKSAAN GINEKOLOGI mahasiswa klinik.

INSTRUKSI KEPADA MAHASISWA :
  • Saudara diminta untuk melakukan langkah-langkah PEMERIKSAAN GINEKOLOGI terhadap pasien STASION 1, namun aktivitas dilakukan pada manequin.
  • Skenario untuk manequin : seorang wanita usia 26 tahun dengan kondisi ginekologi normal.
  • Waktu yang disediakan untuk station ini 10 menit



STATION 3
Stasion untuk menilai KEMAMPUAN MELAKUKAN INTERPRETASE DATA PEMERIKSAAN KLINIK LANJUTAN mahasiswa klinik.

Setelah dilakukan pemeriksaan lebih lanjut pada pasien maka data dari hasil Pemeriksaan Klinik Lanjutan adalah sebagai berikut dibawah ini” :

HASIL PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK :
  1. Tubuh pasien kurus dan nampak lemah – terdapat gangguan kesadaran berupa apatis tanpa semangat dan terlihat sangat sakit dengan kelopak mata “cekung”.
  2. Tekanan darah 100/50 mmHg, frekuensi nadi 112 kali per menit, frekuensi nafas 24 kali permenit dangkal.
  3. Turgor kulit menurun
  4. Hasil ultrasonografi : (lampiran)
  5. Pemeriksaan Hb = 7. 9 g%
  6. Pemeriksaan Ht-hematokrit = 60
  7. Kadar K = 2 mEq/L
  8. Kadar Natrium = 160 mEq/L
  9. Produksi urine 5 ml per jam
  10. BUN-Blood Urea Nitrogen = 50 mg/dL ; Kretatinine = 5 mg/dL
Lampiran Hasil Pemeriksaan Ultrasonografi :

clip_image002
INSTRUKSI KEPADA MAHASISWA :
  • Terdapat 10 hasil pemeriksaan diagnostik pada pasien yang sama dengan pasien stasion 1
  • Saudara diminta untuk melakukan interpretasi dari semua data hasil pemeriksaan yang ada
  • Tuliskan hasil interpretasi saudara pada Lembar Jawaban yang tersedia
  • Serahkan tugas saudara kepada penguji untuk dilakukan penilaian (“marking”)
  • Waktu yang disediakan untuk interpretasi data hasil pemeriksaan 10 menit.

STASION 4
Stasion untuk menilai PENGETAHUAN TEORITIS mahasiswa klinik
Terdapat 5 soal pilihan ganda di ruang ujian

INSTRUKSI KEPADA MAHASISWA :
  • Terdapat 5 buah pertanyaan pilihan ganda untuk mengetahui kemampuan teori saudara mengenai satu kondisi klinik : HIPEREMESIS GRAVIDARUM
  • Saudara diminta untuk menjawab 5 buah pertanyaan pilihan ganda pada lembar jawaban yang sudah disediakan.
  • Serahkan Lembar Jawaban pada penguji untuk dinilai (“marking”)
  • Waktu yang disediakan untuk kegiatan menjawab pertanyaan 10 menit
SOAL (1) : HIPEREMESIS GRAVIDARUM adalah kejadian mual dan muntah pada seorang wanita hamil :
a. Frekuensi muntah lebih dari 5 kali sehari
b. Frekuensi muntah lebih dari 10 kali sehari
c. Kejadian muntah lebih dari 2 minggu
d. Kejadian muntah sangat mengganggu aktivitas keseharian
e. Disertai tanda dehidrasi – ketosis dan penurunan berat badan
SOAL (2) : Awal keluhan MUAL dan MUNTAHdalam kehamilan (Emesis Gravidarum) sering terjadi pada:
a. Minggu pertama
b. Minggu ketiga
c. Bulan pertama
d. Minggu ke 8 – 9
e. Minggu ke 12
SOAL (3) : Pemeriksaan KETON dilakukan melalui pemeriksaan :
a. Serum
b. Darah
c. Tes Fungsi Hepar
d. Urinalisis
e. Tes Fungsi Ginjal
SOAL (4): Pemeriksaan ULTRASONOGRAFI pada Hiperemesis Gravidarum, tujuan utamanya adalah untuk :
a. Menentukan usia kehamilan
b. Menentukan letak janin
c. Menyingkirkan kemungkinan Kehamilan Ektopik
d. Melihat kemungkinan adanya kehamilan kembar atau penyakit trofoblas
e. Mengukur jumlah cairan amnion
SOAL (5): Emesis Gravidarum adalah keadaan yang bersifat “self limiting”, pada umumnya keluhan mual dan muntah mereda setelah kehamilan:
a. Minggu ke 4
b. Minggu ke 8
c. Minggu ke 12
d. Minggu ke 16
e. Minggu ke 20

STASION 5
Stasion ini menilai ketrampilan PENATALAKSANAAN KASUS mahasiswa klinik
Station ini menggunakan berkas Lembar Jawaban mahasiswa yang digunakan pada Stasion 3.

Berdasarkan hasil anamnesa – pemeriksaan fisik dan interpretasi data hasil pemeriksaan penunjang diagnostik maka diagnosa kerja pada pasien ini adalah PRIMIGRAVIDA dengan HYPEREMESIS GRAVIDARUM yang disertai DEHIDRASI BERAT”

INSTRUKSI UNTUK MAHASISWA :
  • Setelah melakukan serangkaian aktivitas klinik berupa ANAMNESA – PEMERIKSAAN FISIK dan PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK berikut interpretasinya, maka sampailah saudara pada Diagnosa Kerja : PRIMIGRAVIDA-KEHAMILAN KEMBAR-HIPEREMESIS GRAVIDARUM yang disertai DEHIDRASI BERAT.
  • Saudara diminta untuk menuliskan semua LANGKAH PENATALAKSANAAN KLINIK untuk kasus ini.
  • Tuliskan jawaban saudara pada Lembar Jawaban.
  • Serahkan Lembar Jawaban pada penilai untuk dilakukan penilaian (“marking”).
  • Waktu yang disediakan untuk stasion ini 10 menit.

KETERAMPILAN KLINIK PEMERIKSAAN GINEKOLOGI

1. PERSETUJUAN PEMERIKSAAN :
  1. Menjelaskan prosedur pemeriksaan pada pasien
  2. Menjelaskan tujuan & hasil yang diharapkan dari pemeriksaan ini
  3. Memberitahukan bahwa pemeriksaan ini kadang mengkhawatirkan dan menimbulkan rasa tak nyaman, namun tidak membahayakan janin.
  4. Memastikan bahwa pasien mengerti dan memahami penjelasan yang telah disampaikan
  5. Memastikan bahwa pasien setuju bila akan dilakukan pemeriksaan ginekologi terhadap dirinya
2. PERSIAPAN UMUM
    1) Untuk Pasien
    1. Kapas dan larutan antiseptik
    2. Meja instrumen
    3. Bengkok untuk wadah instrumen bekas pakai
    4. Spekulum cocor bebek
    5. Ranjang pemeriksaan ginekologi
    6. Lampu sorot
    2) Untuk Pemeriksa
    1. Air mengalir – sabun – pengering (tissue towel)
    2. Sarung tangan
    3. Apron
3. PERSIAPAN PEMERIKSAAN :
  1. Pasien diminta untuk mengosongkan kandung kemih.
  2. Pasien diminta untuk mengganti pakaiannya dengan pakaian khusus untuk pemeriksaan ginekologi.
  3. Atur posisi ibu dengan posisi LITHOTOMI diranjang pemeriksaan.
  4. Letakkan kedua kaki pada penyangga.
  5. Hidupkan lampu sorot dan arahkan tepat ke genitalia eksterna.
4. MENGENAKAN SARUNG TANGAN :
  1. Letakkan sarung tangan dalam bungkus yang sudah dibuka di meja instrumen.
  2. Cuci tangan dan keringkan.
  3. Ambil sarung tangan kanan dengan ibu jari dan telunjuk tangan kiri pada tepi atas lipatan sarung tangan.
  4. Masukkan tangan kanan kedalam sarung tangan untuk tangan kanan dan sesuaikan jari-jari tangan pada alur yang tersedia pada tangan kanan.
  5. Kencangkan sarung tangan dengan menarik ujung lipatan dan kemudian tarik lingkaran atas sarung tangan ke atas.
  6. Ambil sarung tangan kiri dengan menyelipkan jari-jari tangan kanan diantara lipatan sarung tangan (tahan sarung tangan dengan ibu jari).
  7. Masukkan jari tangan kiri kedalam alur jari, kencangkan dengan mendorong lipatan sarung tangan keatas dengan ujung telunjuk kanan, kemudian tarik lingkaran atas sarung tangan keatas dengan ibu jari dan telunjuk kanan untuk menghilangkan lipatan sarung tangan.

4. PEMERIKSAAN GINEKOLOGI :
INSPEKSI
    1. Pemeriksa duduk di depan genitalia eksterna.
    2. Usap vulva dengan kapas yang telah dibasahi dengan larutan antiseptik dari arah atas ke bawah (dari arah klitoris ke arah anus).
    3. Lakukan inspeksi genitalia eksterna dan perineum secara seksama.
    4. Pisahkan kedua labium majus dan perhatikan MUARA URETHRAE dan INTROITUS VAGINAE.
PALPASI
    • Raba KELENJAR BARTHOLINE dengan meraba dan menelusuri labium majus kiri dan kanan dengan ibu jari dan telunjuk tangan kanan.
PEMERIKSAAN INSPEKULO
    1. Ambil spekulum cocor bebek dengan tangan kanan - masukkan ujung telunjuk tangan kiri di commisura posterior untuk sedikit membuka introitus vaginae – masukkan spekulum dalam keadaan tertutup dan miring sejajar dengan introitus vaginae – dorong masuk kedalam vagina dengan menghindari meatus urethra .
    2. Setelah setengah vagina, putar spekulum 900 sehingga tangkai spekulum mengarah tegak lurus kebawah.
    3. Masukkan spekulum lebih jauh sehingga mencapai forniks posterior.
    4. Buka spekulum dengan menekan tuas dan atur Kedudukan spekulum sehingga masing-masing bilah menyentuh dinding depan dan belakang vagina.
    5. Buka spekulum lebih lanjut sehingga portio servik terlihat jelas – perhatikan bentuk,ukuran dan warna porsio – perhatikan sekrete vagina.
    6. Setelah inspeksi selesai, lepas pengungkit dan pengatur jarak bilah – putar tangkai spekulum 900 berlawanan dengan arah jarum jam sambil mengamati keadaan mukosa vagina.
    7. Keluarkan spekulum dari vaginae secara hati-hati dengan kedua bilah dalam keadaan tertutup .
    8. Letakkan spekulum di bengkok yang berada dimeja instrumen.
PEMERIKSAAN PALPASI BIMANUAL
    1. Pemeriksa berdiri dan menghadap ke arah pasien.
    2. Pisahkan kedua labia major dengan ibu jari dan telunjuk tangan kiri dari sisi atas.
    3. Masukkan jari telunjuk dan jari tengah kanan dalam keadaan lurus dan rapat kedalam vagina untuk melakukan pemeriksaan vaginal – vaginal toucher.
    4. Letakkan ujung-ujung jari tangan kiri suprasimfisis – tentukan besar,arah dan konsistensi uterus.
    5. Lakukan pemeriksaan konsistensi servik –adneksa dan parametrium kiri-kanan
    6. Pemeriksaan tanda HEGAR:
      • Pindahkan jari-jari tangan kiri luar yang semula di fundus ke arah isthmus uteri.
      • Arahkan jari-jari tangan kefornix posterior ke bagian isthmus uteri.
      • Tanda HEGAR positif : jari-jari tangan luar “bertemu” jari-jari tangan dalam.
    7. Akhir pemeriksaan bimanual :
      • Ujung-ujung jari tangan kiri diletakkan suprasimfisis.
      • Keluarkan jari-jari yang berada dalam vagina.
      • Angkat tangan kiri dari perut ibu.
      • Ambil kapas yang telah dibasahi dengan larutan antiseptik.
      • Hapus sekrete vagina yang membasahi dinding perut – vulva dan perineum.
      • Beritahu pasien bahwa pemeriksaan sudah selesai dan pasien dipersilahkan mengenakan pakaian dalamnya kembali serta kembali ketempat duduk semula.
5. PENCEGAHAN INFEKSI
  1. Kumpulkan semua alat yang telah digunakan dan masukkan kedalam lar. Klroin 0.5%.
  2. Bagian atau benda yang terkena cairan tubuh/sekret pasien diseka dengan lar. Klorin 0.5%.
  3. Masukkan tangan kedalam lar. Klorin 0.5%, bersihkan sarung tangan yang masih terpasang dan kemudian lepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan rendam dalam lar.Klorin selama 10 menit.
  4. Cuci tangan dengan sabun dan bilas dengan air mengalir.
  5. Keringkan tangan.
6. PENJELASAN HASIL PEMERIKSAAN
  1. Beritahukan hasil pemeriksaan pada pasien.
  2. Jelaskan diagnosis/kesimpulan hasil pemeriksaan pada pasien.
  3. Bila perlu lanjutkan dengan konseling khusus dan penatalaksanaan lanjutan.
7. PENCATATAN dan PENATALAKSANAAN LANJUTAN
  1. Catat hasil pemeriksaan dan diagnosis/kesimpulan hasil pemeriksaan terhadap pasien kedalam REKAM MEDIS.
  2. Tulis rencana penatalaksanaan dan jadwal penatalaksanaan lanjutan didalam REKAM MEDIS.
  3. Pastikan pasien mengerti dan memahami penjelasan saudara perihal kesimpulan hasil pemeriksaan dan diagnosis.
  4. Pastikan pasien mengerti dan memahami penjelasan perihal penatalaksanaan dan jadwal pelaksanaan lanjutan.
  5. Antar pasien keluar dari ruang pemeriksaan dan ucapkan salam.

Jumat, 23 Maret 2012

HOW CAN I DO WELL ON AN OSCE

 

The OSCE is an assessment of clinical knowledge, skills, and attitude. The communication skills you demonstrate and the process you go through in obtaining a history or performing a physical examination are more important than determining a diagnosis.
The best way to prepare for an OSCE is repetitive practice. When you are able to perform all of the tasks on the course objectives for a complete medical history and physical examination in an organized and efficient fashion, you are ready for the OSCE.
After the first year, it is important to understand that some cases are designed to present more than one diagnostic possibility. Keep your mind open to all possible diagnoses and explore the relevant ones as time permits.
Students are encouraged to use the Clinical Skills Center to practice clinical skills on each other.

GENERAL TIPS

  • Dress neatly and professionally.
  • Clip your fingernails before the exam.
  • Do not attempt to communicate with the patient out of role or other than as a physician to a patient.
  • Stay in the room and use all the allotted time.
  • Do not try to make a diagnosis.
  • Be as complete as possible. Do not skip clinical skills just because you know (or think you know) the diagnosis.
  • Let the proctors know if you have any problems.

COMMUNICATION TIPS (to all station)
  • Knock before entering the exam room.
  • Greet the patient warmly.
  • Make physical contact with the patient (shake hands or appropriate touch).
  • Introduce yourself by name and as a student.
  • Elicit or confirm the patient’s name.
  • Explain your task to the patient.
  • Make and maintain eye contact.
  • Ask clear questions.
  • If you use medical jargon, explain yourself.
  • If you don’t know the answer to a patient’s question, say so.
  • Acknowledge the patient’s concerns.
  • Be direct and honest, but also be sensitive.
  • Close the encounter when the audio signal is given to leave the station.

HISTORY STATION
  • Sit at eye level with the patient (don’t “hover over” the patient).
  • Use an open posture (arms uncrossed, leaning forward).
  • Begin with broad, open questions, and then move from the general to the specific.
  • Avoid multiple questions. They confuse the patient and can cause you to miss important checklist items.
  • Use nonverbal encouragement.
  • Use pauses and give the patient time to answer. Don't rush the answers or cut the patient off with another question.
  • Ask follow-up questions. You said you don’t smoke. Did you ever smoke?
  • Elicit the 8 attributes of any symptom.
  • Keep your mind open to all possible diagnoses and explore the relevant ones as time permits.
  • Summarize!!!!


PHYSICAL EXAMINATION STATION
  • Use a stethoscope with separate bell and diaphragm heads.
  • Remember that proper auscultation technique requires that the stethoscope be placed directly on the patient's skin. Wash your hands with soap in front of the patient before beginning the physical examination.
  • Talk before you touch. Tell the patient when you are ready to begin the physical exam.
  • Describe the maneuvers either before or as you perform them.
  • Always use patient gowns and drapes to maintain patient modesty and comfort.
  • Never examine through the patient’s gown.
  • Do a focused (not comprehensive) physical examination based on the presenting problem.
  • If you believe a rectal, pelvic/genital, or female breast exam is indicated, tell the patient. The patients are trained to deal with this part of the physical examination.
  • If you ask a patient to lie back on the examination table, pull the leg rest out, then help the patient sit back up and return the leg rest. Help the patient on and off the exam table.
  • After the first year, some SPs will have positive physical findings. Some findings may be simulated, but should be accepted as real.

“STANDARDIZIED PATIENT”

 

APA YANG DIMAKSUD DENGAN SP – standardized patient ?

SP adalah individu yang dirancang dan dilatih untuk mampu memperlihatkan tanda-tanda (“sign”) atau keluhan (“symptom”) tertentu dari satu jenis kondisi medik yang diujikan.
SP adalah sesosok tubuh individu yang disimulasikan sebagai sesosok pasien dengan kondisi medik tertentu untuk kepentingan latihan atau ujian ketrampilan klinik..
Pilihan SP didasarkan pada kecerdasan dan perhatian dari individu terpilih terhadap kegiatan OSCE. SP bertindak sebagai aktor atau aktris yang bekerja secara profesional dan sukarela.
TAPteaching associate professional adalah SP yang dilatih khusus untuk memperagakan aktivitas tertentu guna pemeriksaan fisik terhadap tubuhnya.
SP untuk OSCE tidak hanya disiapkan untuk kegiatan anamnesa namun juga diharapkan dapat memperlihatkan “body language”, emosi atau kepribadian tertentu sesuai yang diharapkan. Masing-masing SP telah dilatih secara benar sehingga seorang dokter yang telah memiliki ketrampilan sekalipun tidak akan dengan mudah menghadapinya.
Pikiran menggunakan SP dikembangkan oleh Dr.Howard S Barrows seorang neurologis. Saat ini seluruh Fakultas Kedokteran di USA telah menggunakan SP untuk pengajaran atau ujian di Fakultas Kedokteran. SP tidak dapat menggantikan pasien nyata. Mereka hanya merupakan sumber pembelajaran realistik bagi mahasiswa yang sedang belajar ketrampilan anamnesa dan pemeriksaan klinik sebelum mereka kelak berhadapan langsung dengan pasien yang sebenarnya.

 

KEUNTUNGAN PENGGUNAAN SP

  • SP sebanding dengan pasien sebenarnya (valid).
  • SP dapat berperan “standard” dan dapat diulang (reliable).
  • SP tersedia setiap saat dan dimana saja (convenient).
  • Fakultas dapat menentukan dan mengendalikan tingkat kesulitan dari “encounter clinic”.
  • Penggunaan SP menghindari ketidaknyamanan (“inconvenience”), gangguan (“uncomfortable”) atau bahaya (“harm”) pada pasien yang nyata.
  • “encounter clinic” dengan SP meminimalisir kecemasan mahasiswa
  • SP dapat memberi umpan balik yang bersifat segera dan konstruktif.
Untuk kepentingan praktek perlu disusun satu program pelatihan tertentu dan SP dapat merupakan satu jenis pekerjaan untuk pendidikan yang bersifat profesional.
Pusat Ketrampilan Klinik adalah “wadah” klinik dengan 10 Ruang Pemeriksaan dan satu ruang Pusat Pengawasan. Ruang Pemeriksaan dilengkapi dengan meja pemeriksaan – instrumen diagnostik - tempat cuci tangan dan sabun – sarung tangan dan kertas pengering.
Ruang Klinik juga dilengkapi dengan kamera monitor dan audio serta perlengkapan umpan balik.
Ruang Pengawasan adalah ruangan yang dilkengkapi dengan 10 monitor berwarna untuk Ruang Pemeriksaan – “head set” – video recorder dan mikrofon.
Kunci untuk dapat berinteraksi dengan SP adalah berhubungan dengan mereka sebagaimana layaknya seorang ‘pasien nyata” dengan kondisi medik tertentu.
SP tidak boleh melakukan interupsi terhadap mahasiswa atau memberi informasi terhadap mahasiswa. Mahasiswa tidak boleh berkomunikasi dengan SP diluar konteks hubungan pasien – dokter. Tindakan tersebut sangat memalukan baik bagi SP maupun mahasiswa.
Panduan “Time-In” dan “Time-Out.
Pada saat SP digunakan pada sesi pembelajaran pada kelompok kecil, maka dapat digunakan format “Time-In dan Time Out” . Panduan untuk itu sangat sederhana.
Bisa dibayangkan bahwa SP sedang duduk dalam Ruang Klinik, menunggu saat kedatangan mahasiswa. SP tidak mengenal kelompok yang akan menemuinya sampai dia berperan sebagai “pasien”
Satu mahasiswa memulai wawancara dengan memperkenalkan dirinya dan menanyakan alasan kunjungan pasien (keluhan utama)
Bila mahasiswa dalam “station” menjadi tidak nyaman atau tak tahu lagi apa yang diucapkan maka dia dapat memberikan tanda “time-out”. SP akan segera menghentikan perannya dan bersikap seolah olah sedang menunggu dokter. Bila mahasiswa bersangkutan sudah siap untuk melanjutkan wawancara maka dia akan memberikan tanda “Time-In”
Mahasiswa dapat meminta bantuan dalam periode “Time Out” namun tidak untuk waktu yang lama.
Bila instruktur memerlukan waktu untuk memperbaiki atau menekankan suatu hal, maka dia juga dapat memberi tanda “Time-Out”
Hanya fasilitator atau mahasiswa dalam “station” yang dapat meminta “Time-Out”
Setelah semua mahasiswa melakukan wawancara, instruktur akan meminta SP untuk meninggalkan ruangan kelas dan mulai memberikan umpan balik pada mahasiswa.

OSCE

(Objective Structured Clinical Examination)

 
Very much more time must be … given to those practical portions of the examinations which afford the only true test of … fitness to enter the profession. The day of the theoretical test is over.

Sir William Osler, MD, 1885

OSCEObjective Structured Clinical Examination adalah jenis penilaian modern untuk berbagai bidang kesehatan (Kebidanan-Ophthalmologi-Penyakit Dalam-Fisioterapi-Radiologi-Perawatan-Farmasi-Kedokteran Gigi-Kedokteran Hewan dsb)

OSCE pertama kali diperkenalkan oleh Harden (1975) berupa rangkaian 2 – 20 “station” yang masing-masing menggunakan waktu 5 – 15 menit.   

Station” OSCE dapat berupa berbagai metode ujian termasuk antara lain “soal pilihan ganda” atau “Essay Test” , namun yang sering digunakan adalah “encounter clinic” dimana mahasiswa berinteraksi dengan standardized patient” .
Kriteria evaluasi didasarkan pada ovjentif latihan dan aktivitas pembelajaran.


STRUKTUR OSCE

OSCE berupa rangkaian beberapa “STATION” pendek dimana ketrampilan peserta terhadap “pasien standard” (simulasi atau nyata) dinilai dalam waktu 5 – 15 menit oleh satu atau dua penilai .
Masing-masing “station” memiliki penilai tersendiri (tidak seperti penilaian tradisional dimana peserta ujian diuji seluruh ketrampilan dan pengetahuannya oleh satu atau dua penguji)
Peserta ujian menjalani tahap penilaian secara rotasional dengan melewati keseluruhan station yang tersedia (umumnya sekitar 12 – 15 station).
Dengan cara ini maka semua peserta akan melewati semua station yang sama.
Ini merupakan perbaikan dari metode penilaian tradisional oleh karena station dapat dibuat secara baku oleh kelompok profesi medis dan prosedur tindakan yang rumit dapat terlaksana tanpa membahayakan kesehatan pasien

Seperti yang tersirat dari namanya, disain OSCE adalah :
  • OBJEKTIF – semua peserta ujian dihadapkan pada station yang sama (walaupun bila yang digunakan sebagai materi adalah ‘pasien nyata” maka gejalanya akan bervariasi) dengan skema pengujian yang sama. Dalam OSCE , untuk tiap langkah kegiatan , penilaian peserta diberikan dengan cara penilaian yang sama sesuai dengan tingkat kebenaran dari prosedur atau langkah yang dilakukannya. Dengan demikian maka penilaian akan lebih bersifat objektif. Penilaian didasarkan hanya pada langkah yang dilakukan dengan benar atau yang dilakukan dengan kurang benar atau tidak dilakukan sama sekali.
  • TERSTRUKTUR – Station memiliki perintah yang jelas dan spesifik. Bila pasien yang digunakan adalah pasien “simulatif” , maka harus tersedia skenario yang jelas sehingga informasi yang diperoleh oleh semua peserta mengenai pasien sama , termasuk dalam hal ini , tampilan emosi “pasien” yang harus diperlihatkannya dalam konsultasi. Instruksi dibuat secara tertulis dengan baik sehingga peserta dapat menyelesaikan tugasnya dengan lengkap. OSCE harus terstruktur dengan baik dan meliputi semua elemen kurikulum termasuk rentang ketrampilannya. 
  • PENILAIAN KLINIK – OSCE di desain untuk aplikasi pengetahuan teori dan klinik.         Pada saat pengetahuan teori diperlukan misalnya, menjawab pertanyaan dari penguji pada akhir station dengan pertanyaan yang baku dan jawaban yang diisikan dalam lembar penilaian hanya jawaban atas pertanyaan yang diberikan, jawaban diluar pertanyaan tidak dicatat dalam lembar penilaian.

 

CATATAN PENILAIAN OSCE

Catatan penilaian OSCE yang dilakukan oleh penilai. “station tulisan” seperti misalnya penulisan resep atau alur kegiatan penatalaksanaan kasus diisikan dalam lembar penilaian dengan aturan seperti biasa.
OSCE disebut bersifat objektif karena pertanyaan dan penilaian atas jawaban diberikan secara baku.
Seperti misalnya : station yang memusatkan perhatian terhadap penatalaksanaan preeklampsia berat , maka penilaian ditentukan sampai seberapa jauh apa yang dijawab oleh peserta telah sesuai dengan standar jawaban yang ada.
Penentu akhir lulus tidaknya peserta adalah tim penilai yang menilai keseluruhan hasil penilaian dari masing-masing “station”.
Dikenalnya seorang “pasien” oleh peserta seharusnya tidak mempengaruhi intergritas proses ujian meskipun ini juga patut dipertimbangkan.

 

PERSIAPAN OSCE

Persiapan OSCE berbeda dengan persiapan ujian teori.
Pada OSCE, penilaian lebih ditekankan pada ketrampilan klinik dibandingkan pengetahuan teori.
Sebagian besar Fakultas kedokteran memiliki Laboratorium Ketrampilan Klinik yang memberi kesempatan pada mahasiswa untuk melakukan praktek Latihan Ketrampilan Klinik seperti misalnya pengambilan darah . Latihan sangat baik bila dilaksanakan dalam kelompok kecil dengan suatu skenario OSCE yang disertai “role playing” diantara mereka.
Sebagian “station” OSCE dikembangkan untuk satu kegiatan “interpretasi data”. Contoh: Satu kasus riwayat NYERI DADA dan disertai data EKG untuk interpretasi.
Pengembangan station lain adalah untuk suatu DIAGNOSA BANDING dari pasien dengan keluhan tertentu dan peserta diminta untuk menentukan suatu LANGKAH PENATALAKSANAAN selanjutnya.

 

Rujukan

  1. Assessment of clinical competence using objective structured examination, Harden et al., Br Med J. 1975 Feb 22;1(5955):447-51 http://www.bmj.com/cgi/content/abstract/1/5955/447
  2. (Ross, M., Carroll, G., Knight, J., Chamberlain, M., Fothergill-Bourbonnais, F., and Linton, J. (1988) Using the OSCE to measure clinical skills performance in nursing. Journal of Advanced Nursing, 13, 45-56).
  3. How to perform an abdominal examination in the OSCE http://www.instamedic.co.uk/osce/abdomen/