Tampilkan postingan dengan label Ginekologi Umum. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Ginekologi Umum. Tampilkan semua postingan

Selasa, 13 September 2011

TRIKOMONIASIS

Trichomoniasis
clip_image002
Micrograph showing a positive result for trichomoniasis. A trichomonas organism is seen on the top-right of the image.
Trikomonas seringkali menyebabkan vaginitis. Ini merupakan infeksi menular seksual dan disebabkan oleh parasit protozoa yang dikenal sebagai Trichomonas vaginalis 1
Infeksi primer dari trikomonas adalah pada traktus urogenitalis ; lokasi paling sering adalah pada urethra dan vagina wanita.
GEJALA
Pada umumnya, infeksi trikomonas hanya menimbulkan keluhan pada wanita. Keluhan antara lain berupa infeksi pada servik (cervicitis) , urethra (urethritis) , dan vagina (vaginitis) yang menimbulkan gejala rasa gatal dan pedih. Rasa tidak nyaman bertmabh hebat saat sanggama dan buang air kecil.
Terjadi keputihan yang berwarna kuning kehijauan, menimbulkan rasa pedih, berbau tidak sedap dan berbusa. Kadang-kadang juga dapat disertai dengan nyeri perut bagian bawah. Gejala dan keluhan akan muncul dalam waktu 5 – 28 hari pasca paparan.2
Pada sejumlah kasus, pria merupakan reservoar dari parasit selama bertahun-tahun tanpa gejala (dorman). Kadang-kadang, gejala pada pria berupa iritasi dalam penis, cairan minimal atau rasa pedih ringan pasca buang air kecil atau ejakulasi.2
DIAGNOSIS
Diagnosa trikomoniasis ditegakkan dengan terlihatnya trichomonad melalui pemeriksaan mikroskopik. Pada wanita, sediaan diperoleh melalui pemeriksaan panggul (inspekulo) dan selama pemeriksaan inspekulo dapat terlihat adanya ulserasi pada dinding vagina atau servik (“mouth eaten appearance”)
ETIOLOGI & FAKTOR RESIKO
Traktus genitalis adalah satu-satunya reservoar pada manusia. Penularan terjadi melalui aktivitas seksual.
TERAPI
Terapi untuk ibu hamil atau tidak hamil adalah metronidazole , sedapat mungkin tidak diberikan terapi pada awal kehamilan.7 Flagyl ® dosis tunggal 2000 mg per oral. Terqapi juga diberikan pada pasangan seksual meskipun tidak memperlihatkan gejala.8
KOMPLIKASI
  • Trichomoniasis menngkatkan resiko penularan HIV.
  • Trichomoniasis menyebabkan lahirnya bayi BBLR atau premature.
  • Trichomoniasis terkait dengn peningkatan kemungkinan trjadinya karsinoma servik
  • Infeksi pada pria meningkatkan resiko karsinoma prostate.10
PENCEGAHAN
Penggunaan kondom dapat mencegah penularan trikomoniasis.12 Penularan melalui air jarang terjadi oleh karena trikomonas akan mati dalam waktu 45 – 60 menit dalam air
RUJUKAN
  1. ^ Midlej V., Benchimol M. (2010). "Trichomonas vaginalis kills and eats- evidence for phagocytic activity as a cytopathic effect". Parasitology 137 (1): 65–76. doi:10.1017/S0031182009991041. PMID 19723359.
  2. ^ a b Trichomoniasis symptoms. cdc.gov
  3. ^ [1]. Can trichomoniasis be dormant? MedHelp
  4. ^ Andrea SB, Chapin KC (2011). "Comparison of Aptima Trichomonas vaginalis Transcription-Mediated Amplification Assay and BD Affirm VPIII for Detection of T. vaginalis in Symptomatic Women: Performance Parameters and Epidemiological Implications.". J Clin Microbiol 49 (3): 866–9. doi:10.1128/JCM.02367-10. PMID 21248097. Lay summary.
  5. ^ "Trichomoniasis - CDC Fact Sheet". Retrieved 12 January 2011.
  6. ^ Scientists crack the genome of the parasite causing trichomoniasis. Physorg.com. Jan. 12, 2007.
  7. ^ Cudmore SL, Delgaty KL, Hayward-McClelland SF, Petrin DP, Garber GE (October 2004). "Treatment of infections caused by metronidazole-resistant Trichomonas vaginalis". Clin. Microbiol. Rev. 17 (4): 783–93, table of contents. doi:10.1128/CMR.17.4.783-793.2004. PMC 523556. PMID 15489348.
  8. ^ a b Rob, Lukáš; Martan, Alois; Citterbart, Karel et al. (2008) (in Czech). Gynekologie (2nd ed.). Prague: Galen. p. 136. ISBN 978-80-7262-501-7.
  9. ^ Heather Feldman. Scientists fighting STD with research, education.
  10. ^ LittleAbout, Boffins find link between common sexual infection, prostate cancer risk, Retrieved Sept 17 2009.
  11. ^ Associated Press, Abstinence students still having sex, MSNBC, April 16, 2007. Retrieved March 12, 2008.
  12. ^ Vaginitis/Trichomoniasis :Reduce your risk, American Social Health Association. Retrieved March 12, 2008.
  13. ^ Vaginitis/Trichomoniasis :Treatment for trichomoniasis, American Social Health Association. Retrieved March 12, 2008.

Senin, 12 September 2011

VAGINOSIS BAKTERIAL

Vaginosis Bakterial

Vaginosis Bakterial – VB seringkali disebut sebagai vaginal bacteriosis 1 adalah penyakit pada vagina yang disebabkan oleh bakteri. Oleh CDC-centre of disease control tidak dimasukkan kedalam golongan IMS-Infeksi Menular Seksual 2 . VB disebabkan oleh gangguan kesimbangan flora bakteri vagina dan seringkali dikacaukan dengan infeksi jamur (kandidiasis) atau infeksi trikomonas 3,4

Gejala & Tanda
Gejala utama VB adalah keputihan homogen yang abnormal (terutama pasca sanggama) dengan bau tidak sedap.5
Cairan keputihan berada di dinding vagina dan tidak disertai iritasi, nyeri atau eritema.
Tak seperti halnya dengan keputihan vagina normal, keputihan pada VB jumlahnya bervariasi dan umumnya menghilang sekitar 2 minggu sebelum haid.
Etiologi
Pada vagina normal, terdapat sejumlah mikroorganisme ; diantaranya adalah Lactobacillus crispatus dan Lactobacillus jensenii.
Laktobasilus adalah spesies penghasil hidrogen peroksidase yang mampu mencegah pertumbuhan mikroorganisme vagina lain. Mikroorganisme yang terkait dengan VB sangat beragam dan diantaranya adalah Gardnerella vaginalis, Mobiluncus, Bacteroides, dan Mycoplasma
Perubahan dalam flora vagina normal antara lain adalah berkurangnya laktobasilus akibat penggunaan antibiotika atau gangguan keseimbangan pH sehingga terjadi pertumbuhan berlebihan dari bakteri lain.
Meskipun VB berhubungan dengan aktivitas seksual, tidak ada bukti jelas mengenai adanya penularan seksual. Pada pasien yang tidak memiliki aktivitas seksual aktif dapat pula terjadi VB. VB merupakan gangguan keseimbangan biologi dan kimiawi dari flora normal vagina. Penelitian akhir meneliti hubungan antara pengobatan pasangan seksual dan eradikasi VB berulang. Ibu hamil dan wanita dengan IMS memiliki resiko tinggi menderita VB. Kadang-kadang VB terjadi pada pasien pasca menopause. Anemia defisiensi zat besi merupakan prediktor kuat adanya VB pada ibu hamil.7
Diagnosis
Untuk menegakkan diagnosis VB harus dilakukan hapusan vagina yang selanjutnya diperiksa mengenai :
  1. Bau khas “fishy odor” pada preparat basah yang disebut sebagai “whiff test” yang dilakukan dengan meneteskan potassium hydroxide-KOH pada microscopic slide yang sudah ditetesi dengan cairan keputihan.
  2. Hilangnya keasaman vagina. Seperti diketahui, bahwa untuk mengendalikan pertumbuhan bakteri, pH vagina berkisar antara 3.8 – 4.2. Pemeriksaan dengan kertas lakmus yang memperlihatkan adanya pH > 5 memperlihatkan terjadinya VB.
  3. Adanya clue cells . Cara pemeriksaan adalah dengan meneteskan larutan NaCl pada microscop slide yang telah dibubuhi dengan cairan keputihan. Clue cell adfalah sel epitel yang dikelilingi oleh bakteria
image
“Clue Cell”

Diagnosa Banding :
GAMBARAN KLINIK
Diagnosa VB atas dasar Kriteria Amsel:9
  1. Cairan vagina berwarna putih kekuningan, encer dan homogen
  2. Clue cells pada pemeriksaan mikroskopik
  3. pH vagina >4.5
  4. Whiff Test positif (bau amis timbul setelah pada cairan vagina diteteskan larutan KOH - potassium hydroxide
Konfirmasi diagnosis ditegakkan bila ditemukan 3 dari 4 kriteria diatas 2
Pengecatan Gram
Alternatif diagnosis adalah dengan melakukan pengecatan gram pada hapusan vagina dengan kriteria Hay/Ison atau Kriteria Nugent.10
Kriteria Hay/Ison : (Hay et al., 1994)
  • Grade 1 (normal) : predominasi dari morfotipe laktobasilus
  • Grade 2 (intermediate) : Flora campuran dengan sejumlah kecil laktobasilus dan Gardnerella dan Mobiluncus
  • Grade 3 (vaginosis bakterial) : predominasi dari Gardnerella dan atau morfotipe Mobiluncus. Latobasilus minimal atau tak ditemukan
Standard untuk penelitian adalah menggunakan Kriteria Nugent.11 Kriteria ini menggunakan skoring 0 – 10
  • Skore 0 – 3 , diagnosis VB negatif
  • Skore 4 – 6 , intermediate
  • Skore > 7 , diagnosis VB positif
clip_image002
Penelitian terbaru12  membandingkan antara pengecatan gram dengan kriteria Nugent dan Hibridisasi DNA Affirm VPIII dalam penegakkan diagnosa VB.
Test Affirm VPIII dapatb mendeteksi 93% sediaan vagina yang positif VB melalui pemeriksaan pengecatan Gram.
Sensitivitas Affirm VPIII test adalah 87.7% dan spesifisitas nya 96% dan dapat digunakan untuk penegakkan diagnosa VB secara cepat pada penderita VB.
 
Terapi
Antibiotika
Metronidazole atau clindamycin peroral atau lokal adalah trerapi yang efektif13 Namun angka kekambuhan juga cukup tinggi 6
Regimen medikamentosa umum adalah Metronidazol 500 mg 2 dd 1 (setiap 12 jam) selama 7 hari14 Dosis tunggal tidak dianjurkan oleh efektivitasnya erendah.
Tidak diperlukan terapi pada pasangan seksual.
Komplikasi
Meningkatnya kepekaan terhadap IMS termasuk infeksi HIV dan komplikasi pada ibu hamil.
Epidemiologi
Diperkirakan 1 dari 3 wanita terserang dengan VB dalam satu episode kehidupan mereka 18
 
Rujukan
  1.  ^ "Vaginal Infections — How to Diagnose and Treat Them: Bacterial Vaginosis or Vaginal Bacteriosis". Medscape. Retrieved 10 October 2009.
  2. ^ a b c "National guideline for the management of bacterial vaginosis (2006)". Clinical Effectieness Group, British Association for Sexual Health and HIV (BASHH).
  3. ^ Terri Warren, RN (2010). "Is It a Yeast Infection?". Retrieved 2011-02-23.
  4. ^ Ferris DG, Nyirjesy P, Sobel JD, Soper D, Pavletic A, Litaker MS (March 2002). "Over-the-counter antifungal drug misuse associated with patient-diagnosed vulvovaginal candidiasis". Obstetrics and Gynecology 99 (3): 419–425. doi:10.1016/S0029-7844(01)01759-8. PMID 11864668.
  5. ^ http://www.fda.gov/downloads/Drugs/GuidanceComplianceRegulatoryInformation/Guidances/ucm070969.pdf
  6. ^ a b Bradshaw CS, Morton AN, Hocking J, et al. (2006). "High recurrence rates of bacterial vaginosis over the course of 12 months after oral metronidazole therapy and factors associated with recurrence". J. Infect. Dis. 193 (11): 1478–86. doi:10.1086/503780. PMID 16652274.
  7. ^ Verstraelen H, Delanghe J, Roelens K, Blot S, Claeys G, Temmerman M (2005). "Subclinical iron deficiency is a strong predictor of bacterial vaginosis in early pregnancy". BMC Infect. Dis. 5: 55. doi:10.1186/1471-2334-5-55. PMC 1199597. PMID 16000177.
  8. ^ Nansel TR, Riggs MA, Yu KF, Andrews WW, Schwebke JR, Klebanoff MA (February 2006). "The association of psychosocial stress and bacterial vaginosis in a longitudinal cohort". Am. J. Obstet. Gynecol. 194 (2): 381–6. doi:10.1016/j.ajog.2005.07.047. PMC 2367104. PMID 16458633.
  9. ^ a b Amsel R, Totten PA, Spiegel CA, Chen KC, Eschenbach D, Holmes KK (1983). "Nonspecific vaginitis. Diagnostic criteria and microbial and epidemiologic associations". Am. J. Med. 74 (1): 14–22. doi:10.1016/0002-9343(83)91112-9. PMID 6600371.
  10. ^ Ison, CA; Hay, PE (2002). "Validation of a simplified grading of Gram stained vaginal smears for use in genitourinary medicine clinics". Sex Transm Infect 78 (6): 413–5. doi:10.1136/sti.78.6.413. PMC 1758337. PMID 12473800.
  11. ^ a b Nugent RP, Krohn MA, Hillier SL (1991). "Reliability of diagnosing bacterial vaginosis is improved by a standardized method of gram stain interpretation". J. Clin. Microbiol. 29 (2): 297–301. PMC 269757. PMID 1706728.
  12. ^ Gazi H, Degerli K, Kurt O, et al. (2006). "Use of DNA hybridization test for diagnosing bacterial vaginosis in women with symptoms suggestive of infection". APMIS 114 (11): 784–7. doi:10.1111/j.1600-0463.2006.apm_485.x. PMID 17078859.
  13. ^ a b Oduyebo OO, Anorlu RI, Ogunsola FT (2009). "The effects of antimicrobial therapy on bacterial vaginosis in non-pregnant women". Cochrane Database Syst Rev (3): CD006055. doi:10.1002/14651858.CD006055.pub2. PMID 19588379.
  14. ^ http://www.cdc.gov/std/treatment/2006/vaginal-discharge.htm
  15. ^ Potter J (November 1999). "Should sexual partners of women with bacterial vaginosis receive treatment?". Br J Gen Pract 49 (448): 913–8. PMC 1313567. PMID 10818662.
  16. ^ Senok AC, Verstraelen H, Temmerman M, Botta GA (2009). "Probiotics for the treatment of bacterial vaginosis". Cochrane Database Syst Rev (4): CD006289. doi:10.1002/14651858.CD006289.pub2. PMID 19821358.
  17.  ^ "STD Facts — Bacterial Vaginosis (BV)". CDC. Retrieved 2007-12-04.
  18. ^ "The Family Planning Association".

Minggu, 11 September 2011

DISMENOREA

image

Batasan : Dismenorea atau nyeri haid dapat terjadi secara primer atau sekunder akibat patologi organ pelvik.
Angka kejadian : sekitar 50% wanita usia masa reproduksi.
Dismenorea primer mulai terjadi pada usia 17 – 22 tahun ; Dismenorea sekunder sering terjadi dengan semakin tua usia wanita.

 

DISMENOREA PRIMER

Terjadi pada siklus yang ovulatoar dan mulai terjadi 6 – 12 bulan pasca menarche.
Etiologi: kontraksi uterus yang menyebabkan iskemia è nyeri haid.
Ditemukan peranan prostaglandin ( PGF2α dan PGE2 ) dalam kejadian dismenorea primer.
Endometrium pada fase sekresi mengandung prostaglandin yang lebih banyak dibandingkan endometrium fase proliferasi dan kadar prostaglandin yang tinggi dapat diturunkan dengan memberikan obat anti inflamasi – NSAID (non steroid anti-inflammatory drugs).
Endometrium anovulatoar (tanpa progesteron) mengandung sedikit prostaglandin sehingga umumnya tidak menyebabkan dismenorea.

Gambaran Klinik:
Gambaran klinik Dismenorea Primer terlihat dalam kotak informasi dibawah.
image

Rasa nyeri mengejang terjadi beberapa jam sebelum perdarahan haid dan berlangsung selama beberapa jam atau beberapa hari.
Rasa nyeri dapat terpusat pada abdomen bagian bawah dan menjalar ke paha dan punggung.
Rasa nyeri dapat mempengaruhi kebiasaan buang air besar, mual , lesu, pusing dan nyeri kepala.

Terapi :
Obat untuk mengatasi dismenorea primer adalah dari golongan NSAID – non steroid anti inflamatory drugs :
clip_image001 Ibuprofen 400 mg 4 dd 1
clip_image001[1] Naproxen Sodium 250 mg 4 dd 1
clip_image001[2] Asam Mefenamat 500 mg 3 dd 1
Terapi lain : kontrasepsi oral
Dasar pengobatan dengan NSAID adalah menurunkan produksi prostaglandin akibat inhibisi enzym.
Pasien yang mengeluh nyeri perut akibat penggunaan NSAID dapat menggunakan obat baru yang disebut cyclo oxygenase inhibitor ( COX)

MEKANISME NYERI PADA DISMENOREA PRIMER:
image

 DISMENOREA SEKUNDER

Mekanisme nyeri pada dismenorea sekunder tergantung pada patologi yang terjadi, diperkirakan bahwa prostaglandin juga berperan dalam mekanisme terjadinya rasa nyeri pada dismenorea sekunder.

GAMBARAN KLINIK
Pada umumnya dismenorea sekunder tidak hanya terjadi saat haid namun dapat pula terjadi sebelum atau sesudah haid.
Dismenorea sekunder tidak terlalu terkait dengan aliran pertama haid dan sering terjadi pada usia yang lebih tua ( 30 – 40 tahun).
Seringkali berkaitan dengan :
clip_image001[8] Dispareunia-nyeri sanggama
clip_image001[9] Infertiliti
clip_image001[9] Perdarahan uterus abnormal
TERAPI
Penatalaksanaan berupa terapi terhadap patologi yang melatar belakangi dismenorea sekunder.
Terapi medikamentosa pada dismenorea primer dapat digunakan pula pada kasus dismenorea sekunder

Serabut syaraf pembawa rangsangan rasa nyeri dari organ panggul 
 
image

 NYERI PANGGUL KRONIK

  • Nyeri panggul menahun adalah keluhan nyeri panggul yang dirasakan lebih dari 6 bulan.
  • Nyeri panggul menahun dapat berasal dari uterus atau bukan uterus dan yang terpenting adalah tidak bersifat siklis.
  • Yang perlu diingat bahwa tidak semua keluhan nyeri panggul menahun merupakan masalah ginekologi.
  • Pemeriksaan yang cermat harus dilakukan untuk membedakan nyeri ginekologi dari nyeri yang berasal dari kasus ortopedik , gastro intestinal, urologi, neurologi atau psikosomatik.
  • Masih banyak hal yang belum diketahui mengenai mekanisme terjadinya dan persepsi dari nyeri panggul

NYERI PANGGUL

NYERI PANGGUL AKUT

DIAGNOSIS BANDING:
  • Apendisitis.
  • Ruptura / torsi kista ovarium.
  • Penyakit Radang Panggul.
  • Kehamilan Ektopik.
  • Degenerasi mioma.
image

ETIOLOGI

clip_image001[12] Kelainan Ginekologi
  • Ruptura kista ovarium.
  • Torsi kista ovarium.
  • Abses Tubo ovarial.
clip_image001[13] Kelainan obstetri:
  • Kehamilan Ektopik.
  • Abortus.
clip_image001[16] Kelainan traktus gastrointestinal/urogenitalis
  • Divertikulitis.
  • Apendisitis.
  • UTI-urinary tract infection.
  • Inflamatory Bowel Disease.
  • Irritable Bowel Syndrome.

 

PENATALAKSANAAN

  1. Anamnesa.
  2. Pemeriksaan fisik.
    1. Nyeri goyang servik.
    2. Adneksa & parametrium tegang.
    3. Abdomen tegang.
  3. 3. Pemeriksaan laboratorium
    1. Tes kehamilan.
    2. Darah lengkap ( Radang panggul dan apendisitis menyebabkan leukositosis).
    3. Urine lengkap (leukositosis menunjukkan adanya UTI).
  4. Ultrasonografi pelvik
  5. Laparoskopi diagnostik.

NYERI PANGGUL KRONIK

BATASAN & KRITERIA :
  1. Keluhan lebih dari 6 bulan.
  2. Tidak dapat diatasi dengan analgetik.
  3. Mengganggu aktivitas sehari-hari.
ETIOLOGI :
clip_image001[20] Mioma uteri.
clip_image001[21] Endometriosis.
clip_image001[22] Perlekatan, adenomiosis.
clip_image001[23] Penyakit Radang Panggul.
clip_image001[24] Neoplasia.
Mittelschmerz adalah nyeri panggul yang berkaitan dengan ovulasi.
Pada nyeri panggul akut harus disingkirkan kemungkinan adanya penyakit yang bersifat “life threatening dan emergency
  1. Apendisitis
  2. Kehamilan ektopik
  3. Tubo Ovarial Abses
  4. Ruptura / torsi kista ovarium
Penyebab tersering dari nyeri panggul kronis adalah Penyakit Radang Panggul

 

PENATALAKSANAAN

clip_image001[32] Anamnesa terarah
  • Pola rasa nyeri.
  • Radiasi rasa nyeri.
  • Gejala ikutan lain.
  • Riwayat pembedahan.
  • HPHT.
clip_image001[33] Pemeriksaan fisik
  • Cari adanya tumor.
  • Nyeri goyang servik ?
  • Keluhan Gastro Intestinal.
  • Pemeriksaan neurologi.
clip_image001[34] Hubungan antara nyeri dengan meningkatnya suhu badan basal (nyeri mittelschmerz saat ovulasi?).
clip_image001[35] Pemeriksaan darah :
  • Darah lengkap.
  • Tes kehamilan.
  • STS (serologic test for syphilis)
  • Urinalisis.
  • Benzidine tes (melena).
  • Kultur darah.
clip_image001[36] Pemeriksaan radiologi :
  • USG abdomen dan vagina.
  • CT scan.
  • MRI
  • Barium enema
  • “Scanning” tulang
  • USG ginjal
  • IVP-intravenous pyelografi
clip_image001[37] Kolonoskopi atau sistoskopi.
clip_image001[38] Nyeri psikosomatik ?
clip_image001[39] Laparoskopi diagnostik

KEHAMILAN EKTOPIK

KEHAMILAN EKTOPIK

  • Kehamilan ektopik adalah peristiwa dimana implantasi blastosis terjadi diluar endometrium cavum uteri dan umumnya terjadi di tuba falopii.
  • Implantasi juga dapat terjadi di ovarium atau cavum abdomen.
  • Peristiwa ini merupakan keadaan kegawat daruratan medik.
ETIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO
  1. Gangguan transportasi dalam tuba falopii:
    1. Infeksi klamidia dan gonorrhoea.
    2. Riwayat kehamilan ektopik.
    3. Riwayat pembedahan tuba.
    4. Riwayat laparotomi (adhesi ).
    5. Abnormalitas kongenital (sering akibat pemberian DESdiethylstilbesterol ).
    6. Kehamilan dengan AKDR.
  2. Tehnik Reproduksi Berbantu
    • Obat pemicu ovulasi: clomiphen citrate.®
    • Fertilisasi In Vitro.
FREKUENSI KEJADIAN MENURUT LOKASI
image
  1. Pars ampularis 78%
  2. Pars isthmica 12%
  3. Ovarium 4%
  4. Cornual (pars interstitsialis ) 2%
  5. Servical 1%

GAMBARAN KLINIK
    1. Hematosalping
    2. Hematokel
    3. Hemoperitoneum
TRIAS KEHAMILAN EKTOPIK :
    1. Amenorea
    2. Perdarahan pervaginam
    3. Nyeri abdomen
~ KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU.
DIAGNOSIS
HEMATOSALPING
  • Akumulasi darah dalam tuba falopii.
  • Amenorea – perdarahan per vaginaM tidak teratur – nyeri panggul .
  • Vaginal Toucher : nyeri parametrium – nyeri goyang servik - uterus sedikit membesar.
  • Diagnosa Banding :
    1. Salpingitis.
    2. Torsi kista ovarium.
    3. Abortus insipien.
HEMATOKEL
  • Hematoma dalam CD-Cavum Douglassi akibat abortus tuba atau ruptura tuba dan darah terkumpul dalam CD.
  • Amenorea – perdarahan pervaginam – nyeri panggul – gangguan miksi (sering buang air kecil dan disuria ) , takipneu dan demam.
  • Vaginal Toucher : masa panggul dengan batas jelas dalam CD.
  • Kuldosintesis : cairan darah kehitaman yang tidak membeku.

HEMOPERITONEUM
  • Darah berada dalam cavum peritoneum akibat kehamilan tuba yang ruptur.
  • Gambaran klinik yang paling sering terlihat
    • Amenorea atau perdarahan per vaginam yang tidak teratur.
    • Renjatan : pucat , hipotensi , nadi cepat dan lemah.
    • Distensi abdomen disertai dengan tanda cairan bebas ~ defance muscular dan shifting dullness
  • VT : nyeri goyang servik dan nyeri parametrium.
  • Ultrasonografi : tanda cairan bebas , uterus kosong.
  • Kuldosintesis : cairan dalam cavum douglas.
image
PENATALAKSANAAN
Terdapat 2 pilihan terapi:
  1. Operatif:
    • Laparotomi
    • Laparoskopi (hanya pada keadaan umum pasien yang stabil)
    • Untuk melakukan salpingostomi atau reseksi segmental (pada kasus dengan kebutuhan mempertahankan tuba falopii) atau salfingektomi (pada kasus tanpa kebutuhan mempertahankan tuba falopii).
  2. Medikamentosa
    • Hanya untuk ukuran kantung gestasi yang kecil .
    • Methrotexate i.m.
    • Monitoring pasien rawat jalan.
    • Keberhasilan : 60 – 100%.
image

Selasa, 06 September 2011

PERDARAHAN UTERUS ABNORMAL

image
BATASAN
  • Menoragia : perdarahan uterus lebih dari 7 hari dan dengan jumlah berlebihan (> 80 ml) dengan interval teratur
  • Metroragia : perdarahan uterus dengan jumlah ber variasi diantara dua periode haid , dengan interval yang tidak teratur namun sering terjadi
  • Polimenorea : Interval haid terlalu pendek (<21 hari) dengan interval teratur
  • Oligomenorea : interval haid terla;u panjang (>35 hari) dengan interval haid teratur.
PENYEBAB PERDARAHAN UTERUS ABNORMAL
PENYEBAB ORGANIK
image
  1. Penyakit saluran reproduksi
    • Kondisi terkait dengan peristiwa kehamilan adalah penyebab paling sering pada wanita usia masa reproduksi :
      • Abortus iminen
      • Abortus inkomplet
      • Kehamilan ektopik
      • Penyakit trofoblas gestasional
      • “implantational bleeding”
    • Patologi uterus: terjadi menoragia atau metroragia akibat permukaan endometrium bertambah luas , mengacaukan pola pembuluh darah endometrium atau menyebabkan endometritis
    • Patologi servik : erosi servik atau   trauma langsung
image
    • Iatrogenik
      • AKDR
      • Kontrasepsi hormonal oral atau injeksi
      • Tranquilizer
  1. Penyakit sistemik
    • “Blood Dyscrazia”:
      • Penyakit Von Willebrand
      • Defisiensi Prothrombin
      • Leukemia
      • Sepsis berat
    • Hipotiroidisme: Hipertiroid dapat menyebabkan oligomenorea dan amenorea
    • Sirosis hepatis: akibat berkurangnya kapasitas hepar untuk metabolisme estrogen  
PENYEBAB DISFUNGSIONAL (ENDOKRINOLOGI)
DUB – dysfunctional uterin bleeding
Diagnosis perdarahan uterus disfungsi (PUD) dapat ditegakkan setelah penyebab organik, sistemik dan iatrogenik disingkirkan (diagnosis pereksklusionum):

PUD anovulatoris
    • Bentuk dominan pada masa menarche dan pramenopause akibat terganggunya fungsi neuroendokrinologi
    • Ditandai dengan produksi estradiol 17 β terus menerus tanpa disertai dengan pembentukan corpus luteum dan pelepasan progesteron
    • Estrogen tanpa diimbangi denganprogesteron menyebabkan proliferasi endometrium terus menerus yang menghasilkan pasokan darah berlebih dan dikeluarkan secara iregular
PUD Ovulatoris 
    • Angka kejadian: 10% wanita usia masa reproduksi
    • Bercak darah pada pertengahan siklus setelah “LH surge” biasanya bersifat fisiologis. Polimenorea paling sering terjadi akibat pemendekan fase folikuler. Kemungkinan lain adalah pemanjangan fase luteal akibat corpus Luteum yang persisten
DIAGNOSIS
  • Dalam melakukan evaluasi perhatikan USIA PASIEN
  • Prioritas : singkirkan KEMUNGKINAN KEHAMILAN
  • Anamnesa daftar obat yang di konsumsi pasien
  • Temuan fisik non-ginekologi :
    • Tiromegali
    • Hepatomegali
    • Hemoroid
    • Perdarahan saluran urogenital
  • Pemeriksaan pelvik :
    • Pemeriksaan ginekolgi
  • Pemeriksaan laboratorium :
    • Kadar hemoglobin serum
    • Kadar zat besi
    • Kadar ferittin
    • TSH – thyroid stimulating hormone
    • Profil pembekuan darah
  • Kalender menstruasi
  • Ovulasi : dengan LH kit
  • Histeroskopi
  • Ultrasonografi pelvis
  • Biopsi endometrium
PENATALAKSANAAN MEDIK
Sebagian besar pasien dengan perdarahan uterus abnormal dapat diterapi dengan obat-obatan terutama jika tak disertai dengan kelainan struktural
  • Kontrasepsi oral secara efektif dapat mengkoreksi banyak sekali kasus gangguan menstruasi yang sering ditemukan (PUD anovulatoris atau ovulatoris). Meskipun demikian, PUD kadang-kadang dapat ditemukan dalam bentuk perdarahan akut yang memerlukan terapi estrogen oral atau intravena dalam dosis tinggi jangka pendek untuk menunjang pertumbuhan endometrium.
  • Obat NSAID-non steroid anti inflamatory drug (asam mefenamat) dapat menguruangi jumlah perdarahan pada saat menstruasi terutama pada pasien yang ber ovulasi
PENATALAKSANAAN PEMBEDAHAN
Kelainan struktur sering memerlukan intervensi pembedahan untuk menghilangkan gejala:
  1. Dilatasi dan Kuretase : Dapat bersifat diagnostik dan atau terapeutik terutama bagi penderita perdarahan akut akibat pertumbuhan endometrium berlebihan.
  2. Histeroskopi: prosedur pembedahan polklinik untuk diagnosa dan terapi lesi uterus.
  3. Histerektomi: Hanya untuk wanita dengan lesi struktura;l yang tak dapat disembuhkan dengan pembedahan konservatif.k

Kamis, 18 Agustus 2011

SIKLUS MENSTRUASI

SELAYANG PANDANG

Siklus haid dapat ditinjau dari uterus maupun ovarium.
Siklus uterus berupa pertumbuhan dan pengelupasan bagian dalam uterus - endometrium. Pada akhir fase menstruasi endometrium mulai tumbuh kembali dan memasuki fase proliferasi. Pasca ovulasi, pertumbuhan endometrium berhenti sesaat dan kelenjar endometrium menjadi lebih aktif – fase sekresi.

Perubahan endometrium dikendalikan oleh siklus yang terjadi dalam ovarium.

Lama siklus haid rata-rata adalah 28 hari dan terdiri dari :
  • Fase folikuler
  • Ovulasi
  • Fase luteal (pasca ovulasi)

Bila siklus menjadi panjang, fase folikuler yang akan menjadi panjang dan fase luteal akan tetap konstan berlangsung selama 14 hari.

 Agar siklus haid berlangsung secara normal diperlukan :

  1. Poros hipotalamus-hipofisis-ovarium yang baik

  2. Didalam ovarium terdapat folikel yang responsif

  3. Fungsi uterus berlangsung secara normal

ENDOKRINOLOGI SIKLUS MENSTRUASI
 
Pengendalian maturasi folikel dan proses ovulasi dilakukan oleh poros hipotalamus-hipofisis-ovarium. Hipotalamus mengendalikan siklus haid, namun organ ini sendiri dapat pula dipengaruhi oleh pusat otak yang lebih tinggi, sehingga faktor kecemasan ataupun gangguan kejiwaan lain dapat mengganggu pola haid yang normal.
Hipotalamus mempengaruhi hipofisis melalui pengeluaran GnRH-Gonadotropin Releasing Hormon. GnRH melalui sistem sirkulasi portal menuju hipofisis anterior dan menyebabkan gonadotrof hipofisis melakukan sintesa dan pelepasan FSH-foliclle stimulating hormone dan LH-Luteinizing hormone.
FSH akan menyebabkan proses maturasi folikel selama fase folikuler dan LH berperan dalam proses ovulasi serta produksi progesteron oleh corpus luteum.
Aktivitas siklis dalam ovarium berlangsung melalui mekanisme umpan balik diantara ovarium – hipotalamus dan hipofisis.

Hypothalamus

SIKLUS OVARIUM

image

FASE FOLIKULER
HARI KE 1 - 10
 
Pada awal siklus, kadar FSH dan LH relatif tinggi dan hormon ini akan merangsang pertumbuhan 10 – 20 folikel namun hanya 1 folikel yang ‘dominan’ yang menjadi matang dan sisanya akan mengalami atresia. Kadar FSH dan LH yang relatif tinggi dipicu oleh penurunan kadar estrogen dan progesteron pada akhir fase sebelumnya.
Selama dan segera setelah haid, kadar estrogen relatif rendah namun dengan pertumbuhan folikel kadarnya akan segera meningkat.



image

Hari KE 10 - 14
Dengan bertambahnya ukuran folikel, terjadi akumulasi cairan diantara sel granulosa dan menyebabkan terbentuknya anthrum, sehingga folikel primer berubah bentuk menjadi folikel d’graaf, disini oosit menempati posisi excenteric dan dikelilingi oleh 2 – 3 lapisan sel granulosa dan disebut sebagai cumulus oophorus
Dengan semakin matangnya folikel, kadar estrogen menjadi semakin bertambah (terutama dari jenis estradiol) dan mencapai puncaknya 18 jam sebelum ovulasi. Dengan semakin meningkatnya kadar estrogen, produksi FSH dan LH menurun ( umpan balik negatif ) untuk mencegah hiperstimulasi ovarium dan maturasi folikel lainnya.

image

OVULASI

HARI KE 14
Ovulasi terjadi dengan pembesaran folikel yang cepat dan diikuti protrusi permukaan kortek ovarium dan pecahnya folikel menyebabkan keluarnya oosit dan cumulus oophorus yang melekat dengannya.
Pada sejumlah wanita Kadang-kadang proses ovulasi ini menimbulkan rasa sakit sekitar fossa iliaka yang dikenal dengan nama ‘mittelschmerz’ .
Peningkatan kadar estradiol pada akhir mid-cycle diperkirakan akibat LH surge dan penurunan kadar FSH akan menyebabkan – peristiwa umpan balik positif. Sesaat sebelum ovulasi terjadi penurunan kadar estradiol secara tiba-tiba dan peningkatan produksi progesteron.

FASE LUTEAL
HARI 15 - 28
Sisa folikel yang telah ruptur berada didalam ovarium. Sel granulosa mengalami luteinisasi dan membentuk corpus luteum. Corpus luteum merupakan sumber utama dari hormon steroid seksual, estrogen dan progesteron yang dikeluarkan oleh ovarium pada fase pasca ovulasi (fase luteal)

image

Terbentuknya corpus luteum akan menyebabkan sekresi progesteron terus meningkat dan terjadi pula kenaikan kadar estradiol berikutnya.

image

Selama fase luteal, kadar gonadotropin tetap rendah sampai terjadi regresi corpus luteum pada hari ke 26 – 28. Bila terjadi konsepsi dan implantasi, corpus luteum tidak akan mengalami regresi oleh karena keberadaanya dipertahankan oleh gonadotropin yang diproduksi oleh trofoblas. Namun, bila tidak terjadi konsepsi dan implantasi, corpus luteum akan mengalami regresi dan siklus haid akan mulai berlangsung kembali.
Akibat penurunan kadar hormon steroid, terjadi peningkatan kadar gonadotropin dan siklus haid akan berlangsung kembali.


SIKLUS ENDOMETRIUM
Endometrium memberikan respon secara khas terhadap progestin, androgen dan estrogen. Inilah sebabnya mengapa endometrium dapat mengalami proses haid dan memungkinkan terjadinya proses implantasi hasil konsepsi saat terjadi proses kehamilan
Secara fungsional, endometrium dibagi menjadi 2 zona :
  1. Bagian luar ( stratum fungsionalis ) yang mengalami perubahan morfologik dan fungsional secara siklis
  2. Bagian dalam ( stratum basalis ) yang secara relatif tidak mengalami perubahan dan berperan penting dalam proses penggantian sel endometrium yang terkelupas saat haid. Arteri basalis berada dalam stratum basalis dan arteri spiralis khususnya terbentuk dalam stratum fungsionalis.
Perubahan siklis endometrium secara histofisiologi dibagia menjadi 3 stadium : fase menstruasi, fase proliferasi (estrogenik) dan fase sekresi ( progestasional)
image

FASE PROLIFERASI
Selama fase folikuler, endometrium terpapar dengan sekresi estrogen. Pada akhir haid, regenerasi endometrium berlangsung dengan cepat.
Pada stadium ini – Fase Proliferasi , pola kelenjar endometrium adalah regular dan tubuler, sejajar satu sama lain dan mengandung sedikit cairan sekresi.


image

FASE SEKRESI
Pasca ovulasi, produksi progesteron memicu terjadi perubahan sekresi pada kelenjar endometrium. Terlihat adanya vakuola yang berisi cairan sekresi pada epitel kelenjar. Kelenjar endometrium menjadi semakin berliku-liku.

image

FASE MENSTRUASI
Secara normal fase luteal berlangsung selama 14 hari.
Pada saat-saat akhir corpus luteum, terjadi penurunan produksi estrogen dan progesteron. Penurunan ini diikuti dengan kontraksi spasmodik dari arteri spiralis sehingga terjadi ischemik dan nekrosis lapisan superfisial endometrium sehingga terjadi perdarahan.
Vasospasme nampaknya merupakan akibat adanya produksi prostaglandin lokal. Prostaglandin juga menyebabkan kontraksi uterus saat haid. Darah haid tidak mengalami pembekuan oleh karena adanya aktivitas fibrinolitik dalam pembuluh darah endometrium yang mencapai puncaknya saat menstruasi.


LENDIR SERVIK
Pada wanita terdapat hubungan langsung antara traktus genitalis bagian bawah dengan cavum peritoneal. Hubungan langsung ini memungkinkan spermatosoa mencapai ovum, meskipun ferttilisasi umumnya terjadi di dalam tuba falopii. Hubungan langsung ini pula yang memudahkan wanita mengalami infeksi genitalia interna. Namun keberadaan lendir servik dapat mencegah hal itu terjadi.

image
  • Pada fase folikuler dini, konsistensi lendir servik kental dan impermeable ( seperti putih telur )
  • Pada fase folikuler lanjut, meningkatnya kadar estrogen menyebabkan lendir yang menjadi lebih encer dan relatif semipermeabel dan relatif mudah ditembus oleh spermatozoa. Perubahan lendiri servik yang menjadi lebih encer ini disebut sebagai ‘spinnbarkheit’
  • Pasca ovulasi, progesteron yang dihasilkan corpus luteum menetralisir efek estrogen sehingga lendir servik menjadi kental kembali dan impermeabel.

PERUBAHAN SIKLIS LAIN
Meskipun maksud dari perubahan hormon ovarium secara siklis adalah ditujukan pada traktus genitalia, namun hormon-hormon tersebut juga dapat mempengaruhi sejumalh organ tubuh lain.
Suhu badan basal
Terjadi kenaikan suhu badan basal kira-kira 10 F – 0.50 C pada saat ovulasi dan kenaikan suhu tersebut dipertahankan sampai menstruasi. Ini disebabkanb oleh efek termogenik progesteron. Bila terjadi konsepsi, kenaikan suhu badan basal ini tetap bertahan sampai selama kehamilan.

Perubahan pada payudara
Kelenjar mamma sangat sensitif terhadap estrogen dan progesteron. Pembengkakan payudara seringkali merupakan tanda pubertas sebagai respon atas kenaikan estrogen ovarium.
Estrogen dan progesteron bekerja secara sinergistik terhadap payudara dan selama siklus haid, pembengkakan payu dara terjadi pada fase luteal dimana kadar progesteron sedang tinggi.

Perubahan psikologi
Beberapa wanita mengalami perubahan ‘mood’ terkait dengan siklus haid. Terjadi instabilitas emosional pada fase luteal. Perubahan ini disebabkan oleh penurunan progesteron.
Tidak dapat dipastikan apakah perubahan mood tersebut disebabkan oleh siklus haid atau merupakan sindroma premenstrual.

Bacaan Anjuran
  1. Adashi E : The ovarian cycle. In Yen SSC, Jaffe RB (eds) : reproductive Endocrinology, 4th Philadelphia, WB Saunders, 1977
  2. Drife.J , Magowan B (ed) : 2004) Clinical pelvic anatomy in Clinical Obstetric Gynaecology. Saunders 2004
  3. Hacker NF, Moore JG, Gambone JC : (2004) Essentials of Obstetrics and Gynecology, 4th ed. Philadelphia, Pennsylvania, Elsevier Saunders, 2004
  4. John M Goldenring (2007-02-01). "All About Menstruation". WebMD. http://www.webmd.com/a-to-z-guides/all-about-menstruation. Retrieved on 2009-10-05L Speroff, MD and Marc A Fritz, MD: (2004) Clinical Gynecologic Endocrinology and Fertility, 7th ed. Baltimore, Williams & Wilkins, 2004
  5. Loose, Davis S.; Stancel, George M. (2006). "Estrogens and Progestins". in Brunton, Laurence L.; Lazo, John S.; Parker, Keith L. (eds.). Goodman & Gilman's The Pharmacological Basis of Therapeutics (11th ed. ed.). New York: McGraw-Hill. pp. 1541–1571. ISBN 0-07-142280-3.

Rabu, 04 November 2009

GINEKOLOGI ANAK dan REMAJA


Sejak 5 dekade terakhir ini ruang lingkup pengetahuan ginekologi anak dan remaja berkembang pesat sebagai akibat bertambah rumitnya peranan remaja anak dan remaja dalam masyarakat. Saat ini, pengetahuan ginekologi anak dan remaja berkembang dari hasil pengamatan fisiologi perkembangan dan kasus-kasus kelainan yang terjadi serta pembahasan masalah-masalah yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi remaja.

Perawatan ginekologi dimulai sejak dari kamar bersalin melalui inspeksi pada genitalia eksterna sebagai bagian dari pemeriksaan rutin NEONATUS.
Pemeriksaan genitalia eksterna dilanjutkan dengan pemeriksaan berikutnya yang memungkinkan untuk deteksi dini adanya infeksi, adhesi labial, kelainan kongenital dan bahkan tumor genitalia.
Indikasi untuk melakukan pemeriksaan ginekologi lanjutan yang lebih menyeluruh adalah bila seorang anak wanita menunjukkan adanya gejala dan keluhan kelainan pada traktus genitalia.

ACOG memberikan rekomendasi untuk melakukan pemeriksaan ginekologi anak wanita pertama kali pada usia 13 – 15 tahun sebagai bagian dari Ilmu Kesehatan Pencegahan. Pemeriksaan panggul dapat dilakukan pada remaja yang sudah melakukan aktivitas seksual pada usia > 18 tahun atau lebih awal bila terdapat indikasi medis.

Terdapat sejumlah peralatan medis yang disediakan khusus untuk pemeriksaan ginekologi bagi anak dan remaja (vaginoskop, spekulum vagina untuk virgin).
Kelainan ginekologi paling sering pada masa kanak-kanak adalah vulvovaginitis. Vulvitis adalah masalah primer dan vaginitis adalah masalah sekunder yang penting oleh karena sering berkaitan dengan perdarahan pervaginam akibat benda asing, penyimpangan seksual, dan penyakit menular seksual.
Remaja adalah periode dalam kehidupan seseorang dimana terjadi maturasi fisiologi dan psikologi dari anak wanita menjadi seorang gadis remaja.
Periode transisi ini menyangkut perubahan emosi dan fisik yang sangat penting. Sebelum pubertas, organ reproduksi wanita dalam keadaan tenang.
Pubertas menghasilkan perubahan dramatik pada organ genitalia eksterna maupun organ genitalia interna.

ANATOMI DAN FISIOLOGI

Bayi wanita
Pada minggu-minggu pertama, sisa hormon seksual maternal dapat menghasilkan efek fisiologis pada wanita. Penonjolan payudara terjadi pada hampir seluruh bayi wanita yang dilahirkan pada kehamilan aterm. Pada beberapa kasus, pembesaran payudara terjadi secara menyolok dan kadang dapat terjadi pengeluaran sekret dari puting susu.
Labia major menggelembung dan labia minor menebal serta menonjol keluar.
Terdapat pembesaran klitoris dengan index normal ≤ 0.6 cm2 ( clitoral index (cm2) = panjang (cm) x lebar (cm) )
Himen pada awalnya mengalami pembengkakan dan menutupi orifisium urethra externa.
Sering terdapat fluor albus yang terdiri dari mukosa servik dan pengelupasan sel vagina.
Panjang vagina ± 4 cm. Panjang uterus ± 4 cm tanpa disertai dengan fleksi aksial. Perbandingan panjang corpus dengan panjang servik = 3 : 1.
Epitel silindris keluar dari ostium uteri eksternum yang nampak sebagai “eversifisiologik” berwarna kemerahan.
Pada anak-anak, ovarium merupkan organ abdomen yang tak dapat diraba pada pemeriksaan panggul atau rectal.
Perdarahan pervaginam dapat terjadi sesaat setelah lahir akibat penurunan kadar estrogen yang mengakibatkan pengelupasan endometrium. Perdarahan vagina ini biasanya berlangsung selama 1 minggu.

Anak wanita
Pada awal masa anak-anak, organ genitalia wanita mendapatkan stimulasi estrogen secara minimal. Labia major mendatar dan himen menipis.
Klitoris tetap kecil dengan clitoral index yang tidak berubah.
Vagina tertutup dengan mukosa yang atropik dengan sedikit rugae (lipatan mukosa vagina) dan rentan terhadap trauma serta infeksi.
Vagina mengeluarkan sekresi cairan yang sedikit asam ( atau netral ) bercampur dengan flora bakteri.
Fornix vagina masih belum terbentuk sampai dengan pubertas, sehingga servik dalam keadaan menyatu dengan puncak vagina.
Ukuran uterus berkurang dan mencapai ukuran saat lahir pada usia 6 tahun.
Dengan semakin bertambahnya maturitas, ovarium membesar dan turun kerongga pelvis. Jumlah dan ukuran folikel ovarium bertambah.
Pada saat laparotomi, uterus terlihat sebagai pita jaringan ikat yang tipis pada daerah anteromedial ligamentum latum. Pada palpasi kadang-kadang dapat diraba adanya batas-batas uterus. Ovarium terlihat sebagai bentukan kistik akibat perkembangan folikel.


Anak gadis
Pada usia 7 – 10 tahun, genitalia eksterna sudah memperlihatkan adanya tanda-tanda rangsangan estrogen.
Terjadi penebalan mons pubis, labia major dan labia minor sedikit membulat. Himen menebal dan menjadi transparan.
Vagina memanjang dan mukosa menebal. Rasio corpus uteri dengan servik menjadi 1 : 1.
Penentuan index maturasi saat ini (perbandingan antara sel basal : parabasal dan superfisial) menunjukkan rasio 75 : 25 : 0 atau 70 : 25 : 5.
Pada usia 9 – 10 tahun, uterus mulai tumbuh dan perubahan bentuk uterus terutama akibat dari proliferasi miometrium. Menjelang menarche terjadi proliferasi endometrium.

Remaja wanita

Pada awal pubertas ( usia 10 – 13 tahun ), penampilan genitalia eksterna sudah menyerupai wanita dewasa. Kelenjar Bartholine mulai menghasilkan lendir sebelum menarche. Panjang vagina sudah mencapai ukuran wanita dewasa yaitu 10 – 12 cm , konsistensi lebih lentur dengan mukosa yang menebal. Sekresi vagina menjadi asam dan lactobacillus muncul kembali. Fornix vagina sudah terbentuk sehingga servik terpisah dari puncak vagina. Corpus uteri tumbuh dengan cepat dan mencapai ukuran dua kali lipat dari servik.
Ovarium sudah berada dalam panggul.
Karakteristik seksual sekunder terlihat dan sering terjadi perubahan yang cepat selama periode premenarche lanjut. Bentuk tubuh sudah lebih bulat khususnya pada bagian bahu dan paha. Estrogen meningkatkan penimbunan lemak tubuh dan mengawali pertumbuhan stroma dan ductus payudara. Kadang-kadang terjadi leucorrhoe fisiologik.
Pertumbuhan rambut pubis berada dibawah kendali androgen adrenal. Pola rambut pubis seperti segitiga dengan basis diatas mons pubis.
Pertumbuhan rambut axilla berlangsung lebih lambat sebagai akibat dari rangsangan hormon adrenocorticosteroid
Perkembangan karakteristik seksual sekunder menurut Marshall and Tanner terlihat pada tabel 1 dibawah :


GINEKOLOGI REMAJA 1
stages-puberty-female
puberty-stages-female-organ

PEMERIKSAAN GINEKOLOGI

BAYI , ANAK WANITA DAN GADIS REMAJA

Pemeriksaan Bayi Baru Lahir wanita
Pada genitalia ambigous, harus segera dilakukan tindakan untuk mencegah dehidrasi dan gangguan keseimbangan elektrolit oleh karena sering disertai dengan hiperplasia adrenal kongenital.
  1. Pemeriksaan Umum
    • “webbed neck”, tumor dalam abdomen, edema lengan dan kaki, coarctatio aortae biasanya disertai dengan kelainan genitalia.
  2. Klitoris
    • Pembesaran klitoris biasanya disertai dengan hiperplasia adrenal kongenital.
    • Penyebab lain yang harus dipertimbangkan adalah : true hermaproditisme dan male pseudohermaphroditisme.
  3. Vagina
    • Orifisium vagina dapat dilihat dengan memisahkan labia. Bila tidak terlihat maka perlu dipikirkan adanya himen imperforatus atau agenesis vagina.
    • Adanya masa inguinal mencurigakan bahwa bayi tersebut secara genetik adalah pria ( adescensus testis ).
  4. Pemeriksaan recto abdominal.
    • Umumnya uterus dan adneksa tak dapat diperiksa melalui pemeriksaan rectal.
    • Pemeriksaan rectal perlu untuk memastikan patensi kanalis anorectal.
Pemeriksaan Anak Wanita Premenarche
Pemeriksaan premenarche dan peripubertal dipusatkan pada keluhan utama yang ada yaitu : pruritus, disuria, perubahan warna kulit dan leukorea.
Pada pemeriksaan anak wanita, sangat diperlukan bantuan ibu yang bersangkutan untuk memberikan rasa aman bagi anak yang diperiksa.
Pada anak usia sekitar 5 tahun, pemeriksaan dilakukan dengan menempatkan anak dalam pangkuan ibunya sambil dipeluk dari arah belakang.

clip_image002
Gambar 1 : Posisi anak dalam pelukan ibunya dan merasa aman berada diantara kdua lengan ibunya. Ibu dapat membantu pemeriksaan dengan menahan kaki anak agar daerah genitalia terbuka

Pada anak yang lebih besar, pemeriksaan dapat dilakukan dengan posisi “knee – chest”
Pasien anak-anak dan remaja lebih menyukai dokter yang menggunakan baju dokter saat melakukan pemeriksaan pada daerah-daerah yang sensitif. Penjelasan pada anak yang lebih dewasa dengan memperlihatkan instrumen yang akan digunakan serta meminta anak tersebut untuk membantu jalannya pemeriksaan sangat membantu berlangsungnya pemeriksaan ginekologi.

clip_image002[4]
Gambar 2 : Posisi “Knee-Chest” yang dapat digunakan untuk pemeriksaan servik dan vagina.
  1. Pemeriksaan Fisik
    • Inspeksi umum
        • Keadaan umum
        • Status gizi
        • Bentuk tubuh
        • Kelainan gross anomalia yang ada
      • Payudara
          • Penonjolan payudara terjadi pada usia sekitar 8 – 9 tahun
          • Perkembangan puting susu dan payudara secara dini dapat merupakan tanda awal sexual procoxious Pengamatan lanjutan yang dapat dilakukan adalah penilaian “bone age” dengan mengikuti pertambahan tinggi badan serta pertumbuhan payudara 3 bulan berikutnya
        • Abdomen
            • Inspeksi dan palpasi abdomen dilakukan sebelum inspeksi genitalia. Bila anak tersebut merasa geli, atasi dengan menempatkan satu tangannya pada tangan pemeriksa
            • Ovarium pada masa premenarche berada dipelvik bagian atas sehingga tumor ovarium biasanya dianggap sebagai tumor abdomen.
            • Hernia inguinalis jarang terjadi pada anak wanita dan umumnya tanpa gejala. Untuk dapat memperlihatkan adanya hernia, anak diminta berdiri dan meningkatkan tekanan intra-abdominal; seperti sedang meniup balon.
          • Genitalia
              • Vulva dan vestibulum dapat dilihat dengan menekan perineum kearah lateral – bawah menggunakan ibu jari dan telunjuk tangan kanan yang terpisah ( berbentuk huruf V )
              • Bila perlu untuk melihat dinding vagina, labia dipegang antara ibu jari dan jari telunjuk kemudian ditarik keluar
              • Perhatian khusus pada higiene perineum, oleh karena higiene yang buruk merupakan predisposisi vulvovaginitis.
              • Pemeriksaan pada lesi kulit, eksoriasi perineal , ulcus dan tumor.
              • Himen imperforatus terjadi pada 3 – 4% kasus dan tidak memerlukan terapi sampai pubertas.
              • Bila diduga terdapat tumor genitalia dapat dilakukan pemeriksaan ultrasonografi abdomen.
          • Vaginoskopi
            Kadang-kadang diperlukan menggunakan peralatan khusus untuk melakukan pemeriksaan 1/3 proksimal vagina sebagai sumber dari perdarahan, untuk melihat patensi traktus genitalis, untuk melihat dan mengeluarkan benda asing atau untuk menyingkirkan kemungkinan adanya cedera dibagian dalam vagina.
            Pemeriksaan memerlukan anaesthesia umum.
            Peralatan yang dapat dipakai adalah vaginoskop atau dengan menggunakan urethroskop atau laparoskop.
            Pada bayi vaginoskop yang digunakan adalah yang berukuran 0,5 cm dan pada gadis premenarche ukurannya adalah 0.8 cm.

            Pemeriksaan Remaja Wanita
            Kunjungan remaja wanita pertama kali seringkali diwarnai dengan perasaan cemas dan ketakutan.
            Diperlukan kesabaran untk membuat remaja menjadi percaya diri dan tidak mengalami rasa kecemasan dan ketakutan secara berlebihan.
            Dokter harus dapat meyakinkan remaja bahwa dirinya adalah seorang pasien yang memerlukan pertolongan.
            Pertanyaan mengenai perilaku resiko tinggi termasuk perilaku seksual dan PMS harus ditanyakan secara pribadi.
            Setelah anamnesa, pasien diberi penjelasan terperinci mengenai rencana pemeriksaan dan diyakinkan bahwa pemeriksaan tersebut tidak menimbulkan rasa sakit.
            Pemeriksaan dilakukan dengan ditemani oleh pengantar wanita.
            Pemeriksaan payudara adalah bagian intergral dari pemeriksaan ginekologi. Namun masih merupakan kontroversi mengenai perlunya penyuluhan tentang “Breast self examination” mengingat bahwa angka kejadian keganasan payudara pada remaja sangat rendah.
            Pemeriksaan dilakukan disertai dengan penjelasan tentang pemeliharaan kesehatan organ genitalia yang bersangkutan serta penjelasan mengenai fungsinya. Bila perlu, pasien diberi cermin kecil sehingga dapat menyaksikan organ genitalia yang dimaksud.
            Pemeriksaan inspeculo dapat dilkukan dengan menggunakan speculum kecil berukuran sekitar 1 cm ( Huffman Graves speculum dan Pedersen speculum )
            Speculum Graves yang besar hanya sesuai untuk multipara dan tidak sesuai untuk virgin.
            Kunjungan ginekologi sangat bermanfaat dalam mengevaluasi status kesehatan dasar secara menyeluruh misalnya untk pemberian vaksin hepatitis B, vaksinasi tetanus dan measles mump rubella (MMR)

            Pemeriksaan Remaja Wanita berkaitan dengan kekerasan seksual

            38% remaja wanita merupakan korban kekerasan seksual sebelum usia 18 tahun.
            26% remaja wanita antara usiua 9 – 12 tahun dilaporkan pernah mengalami pelecehan atau kekerasan seksual.
            1. Anamnesa
            Informasi tentang lokasi terjadinya kekerasan seksual merupakan bahan bukti untuk persidangan.
            Mengapa terjadi kekerasan seksual dan siapa pelakunya.
            Dokter mencatat sikap dan status mental dari korban serta bagaimana interaksi korban dengan orangtuanya atau dengan orang lain.
            Korban kekerasan seksual harus secepatnya dibawa pergi dari lingkungan yang tak aman bagi dirinya.
            Pencatatan dilakukan sesuai dengan kata-kata yang disampaikan oleh korban. Meskipun diperlukan keterangan yang terinci, korban tidak perlu mengulangi penjelasan yang sudah diberikan secara berulang-ulang (kejadian tersebut merupakan trauma pasikologis yang sangat besar bagi korban).
            Bila korban masih sangat muda maka keterangan juga dapat diperoleh dari orang lain yang mengetahui kejadian tersebut.
            1. Pemeriksaan fisik
              • Deteksi cedera yang terjadi
                  • Trauma himen, umumnya terjadi robekan pada posisi jam 3 dan 9
                  • Iritasi vulva sering terjadi pada anak kecil akibat higiene yang kurang, maserasi kulit akibat kelembaban pada pembalut wanita atau ekskoriasi akibat infeksi lokal ( bukan tanda spesifik dari kekerasan seksual )
                • Pengumpulan bahan bukti
                    • Pasir atau rumput yang mungkin ada harus ditempatkan dalam wadah khusus.
                    • Kerokan dari bawah kuku ( hasil dari cakaran pada pelaku ), potongan rambut, semen ( diperiksa dengan menggunakan “woods lamp” dan sinar ultraviolet ) diambil dengan “cotton bud” untuk dianalisa lebih lanjut.
                    • Bila terjadi penetrasi vaginal, cairan vagina diambil dengan kateter dan diperiksa lebih lanjut.
                    • Pemeriksaan sediaan basah secara langsung dapat digunakan untuk melihat adanya gerakan sperma.
                    • Hapusan harus diambil dari rektum, vagina, urethra dan pharynx

                VULVOVAGINITIS
                Merupakan masalah ginekologi utama pada masa premenarche ( 80 – 90% ).
                Gejala klinik klasik : iritasi introitus vaginae dan leucorrhoe
                Patofisiologi pada sebagian besar kasus vulvovaginitis pada anak-anak adalah adalah iritasi vulva yang berkaitan dengan infeksi pada 1/3 bagian distal vagina.
                75% kasus vulvovagintis disebabkan oleh etiologi non spesifik.
                25% biakan dapat dijumpai adanya Neisseria Gonorrhoica, Trichomonas Vaginalis dan etiologi spesifik lainnya.

                GINEKOLOGI REMAJA 2
                Dari : Caprano VJ : Pediatric Gynecology. In Danforth DN ed : Obstetrcis and gynecology ed 4. Philadelphia , 1981, Harper & Row Publisher Inc. 


                GINEKOLOGI REMAJA 3
                Dari : Pierce AM, Hart CA : Arch Dis Child 67 : 509, 1992

                Iritasi vulva dapat terjadi secara sekunder akibat atopik alergi, infeksi kulit atau infeksi saluran nafas, benda asing, UTI, penyakit kulit vulva, ureter ectopic atau kekerasan seksual
                Penyebab utama dari vulvovaginits pada masa anak-anak adalah higiene yang buruk.
                Anak-anak wanita sangat rentan terhadap infeksi vulva oleh karena :
                • Secara fisiologik, vulva dan vagina anak-anak lebih sering terpapar pada infeksi bakteri dibandingkan wanita dewasa.
                • Akibat belum adanya timbunan lemak pada labia, maka saat anak meneran 1/3 bagian distal vagina akan terbuka dan tak terlindungi.
                • Epitel vulva dan vagina belum terlindungi oleh estrogen sehingga sensitif terhadap iritasi dan infeksi.
                • Epitel vagina memiliki pH yang netral sehingga merupakan media yang baik untuk pertumbuhan mikroorganisme.
                • Glikogen , laktobasilus dan antibodi pada vagina anak-anak wanita sangat sedikit sehingga rentan terhadap infeksi.
                • Secara anatomis anus anak sangat dekat dengan vulva, sehingga seringkali terjadi kontaminasi vulva dari anus saat defekasi.
                • Pada anak-anak dengan infeksi saluran nafas bagian atas sering terjadi autoinokulasi khususnya dengan Grup A beta – hyemolitik streptococcus.
                • Celana dalam anak-anak seringkali sangat ketat dan terbuat dari bahan non-absorben (nylon) sehingga menyebabkan kulit vulva menjadi hangat dan lembab sehingga mudah terjadi vulvovaginitis.
                Tidak ada gejala atau tanda yang spesifik pada vulvovaginitis masa anak-anak seperti yang terlihat pada tabel 3 – 3 diatas. Kecurigaan adanya vulvovaginitis biasanya berawal dari keluhan ibu yang melihat adanya bercak-bercak pada celana dalam anak wanitanya.
                Adanya benda asing dalam vagina biasanya disertai dengan leukorohe berdarah dan sangat berbau.
                Pada usia antara 6 – 12 tahun, sering terjadi leukorhe berlebihan akibat tingginya kadar estrogen. Keputihan yang putih keabu-abuan tersebut biasanya tidak bersifat iritatif.

                Terapi :
                • Perbaikan higiene
                • Untuk iritasi dapat diberikan kompres dengan “boorwater” ( larutan Burow’s)
                • Pada kasus berulang dapat diberikan antibiotika topikal dan oral selama 10 – 14 hari
                • Krim estrogen pada vulva (jangan dalam vagina) waktu malam hari. Pemberian krim estrogen tidak lebih dari 2 minggu.
                • Bila vulvovaginitis disebabkan oleh “pinworms” (cacing) maka diberikan mebendazole.
                LICHEN SCLEROSUS
                Lichen Sclerosus vulva umumnya terlihat pasca menopause, namun kadang-kadang juga terjadi pada anak-anak. Pada anak-anak keadaan ini tidak memiliki potensi keganasan.
                Keluhan : iritasi vulva – dysuria dan pruritus.
                Terapi : perbaikan higiene, kortikosteroid topikal jangka pendek untk mengurangi pruritus.
                Keadaan ini biasanya menghilang setelah pubertas.
                ADHESIVE VULVITIS
                Sering terjadi pada masa prepubertas dengan etiologi yang tak jelas dan mungkin akibat rendahnya kadar estrogen.
                Kulit vulva sangat tipis dan garukan tangan akibat iritasi menyebabkan terkelupasnya kulit labia sehingga dapat mengalami pelekatan satu sama lain. Keadaan ini harus dibedakan dengan agenesis vagina kongenital.
                Gejala utama : Dysuria, vulvitis berulang dan infeksi vagina
                Terapi :
                • Krim Estrogen 2 dd 1 selama 7 hari untuk mencegah fusi labia
                • Terapi pembedahan untiuk memisahkan fusi yang sudah terjadi
                • Perbaikan higiene
                TRAUMA GENITAL
                Sebagian besar terjadi akibat kecelakaan dan sebagian memerlukan penanganan bedah oleh karena kondisi yang dapat mengancam jiwa.
                Pada kasus cedera genital, dokter harus berpikir tentang kemungkinan adanya kekerasan seksual pada anak tersebut.

                Trauma Vulva
                Kontusio vulva umumnya tidak memerlukan terapi khusus.
                Dapat terjadi hematoma yang bundar, tegang, echymotic.
                Hematoma kecil dapat dikendalikan dengan pemberian kompres dingin lokal dan vulva harus dipertahankan agar dalam keadaan kering dan bersih.
                Bila hematoma besar dan cenderung membesar, harus dilakukan insisi untuk mengeluarkan bekuan darah dan menjahit sumber perdarahan.
                Bila sumber perdarahan tak dapat diindetifikasi, pasang tampon dan lakukan penekanan selama 24 jam serta berikan atibiotika profilaksis.

                Trauma Vagina
                Cedera himen biasanya menyebabkan sedikit perdarahan.
                Sebagian besar terjadi pada dinding lateral vagina dan menyebabkan sedikit perdarahan
                Bila terjadi cedera pada puncak vagina, harus dilakukan eksplorasi pada rongga panggul untuk melihat keadaan ligamentum latum.
                Intergitas usus dan vesica urinaria diperiksa dengan melakukan katererisasi dan pemeriksaan rectum.
                clip_image002[6]
                Gambar 3 : Perforasi transvaginal pada cavum douglassi.
                Perdarahan minimal akibat robekan himen merupakan gejala satu-satunya saat datang dirumah sakit.

                Trauma anogenital
                Cedera fisik pada sebagian besar korban kekerasan seksual tidak selalu bertahan lama dan pemeriksaan tidak selalu dapat menemukan cedera akibat kekerasan tersebut. Apalagi bila pemerikaan dilakukan beberapa minggu setelah kejadian.
                Cedera pada vulva dapat disebabkan oleh manipulasi vulva atau introitus vaginae tanpa penetrasi atau geseran penis pelaku korban (“dry intercourse”). Seringkali hanya ditemukan adanya eritema, pembengkakan dan lecet pada labia dan vestibulum. Cedera sangat terbatas dan hanya meliputi kulit sehingga akan segera membaik dalam beberapa hari tanpa pengobatan.
                ANOMALI KONGENITAL TRAKTUS GENITALIS WANITA

                Anomali kongenital genitalia dapat dibedakan menjadi golongan dengan sexual ambiguitas ( intersex ) dan bukan intersex.
                Individu intersex memiliki ambiguitas genitalia eksterna yang bermakna dimana jenis gender tak dapat segera ditentukan pada awal masa kehidupan .
                INTERSEX
                Sebagian besar neonatus yang lahir dengan ambigious genitalia, secara genetik adalah wanita namun memiliki hiperplasia adrenal kongenital.
                Beberapa diantaranya menderita tumor adrenal atau drug – induced virilism.
                Pada kasus yang sangat jarang, neonatus adalah hermaphrodite yang memiliki testis dan ovarium serta genitalia eksterna yang ambigous.
                HIPERPLASIA ADRENAL KONGENITAL
                Angka kejadian 1 : 10.000 neonatus dan termasuk dalam golongan defek enzymatik yang mencegah terjadinya sintese kortison dari progesteron.
                Rendahya kadar kortison menyebabkan aksis hipothalamus-hipofisis melepaskan sejumlah corticotropin yang merangsang kelenjar adrenal untuk menghasilkan androgen sehingga menyebabkan terjadinya virilisasi genitalia eksterna.
                Defek enzym yang utama adalah defisiensi C-21-hydroxylase ( pada 90% kasus).
                Pada ¾ kasus, genitalia eksterna yang ambigous adalah satu-satunya manifestasi ; pada ¼ kasus yang lain tidak terjadi produksi aldosteron sehingga pasien memperlihatkan adanya “salt-losing syndrome”.
                Pada penderita ambigous genitalia harus dilakukan pemeriksaan kemungkinan adanya hiperplasia adrenal kongenital dengan menentukan seks kromosoma dan mengukur kadar 17 hydroxy progesteron. Bila kadarnya > 7 mmmol/L, diagnosa dapat dipastikan dan harus dilanjutkan dengan pengukuran elektrolit serum.
                Terapi bersifat urgen untuk mencegah kematian akibat hilangnya garam tubuh.
                Terapi pada neonatus berupa pemberian kortison atau derivatnya dan dilakukan pengamatan yang ketat.
                Koreksi pembedahan bila perlu dapat dilakukan pada usia 3 – 4 tahun.

                GONADAL DYSGENESIS
                Terdapat 2 golongan utama : “pure gonadal dysgenesis” dan Syndroma Turner
                Pure Gonadal Dysgenesis
                Pada keadaan ini terdapat seorang gadis dengan perkembangan payudara yang normal.
                Analisa kromosome menunjukkan adanya mosaic 46 XO/XX

                Sindroma Turner
                Pada remaja wanita terlihat tubuh yang pendek dan tidak mengalami pertumbuhan pubertas secara normal.
                Terdapat belakang leher yang lebar ( “webbed neck” ) dan deformitas lainnya.
                Keluhan utama adalah tidak adanya haid dan hasil pemeriksaan lebih lanjut menunjukkan tingginya kadar FSH dan LH serta analisa kromosome dengan 46 XO.
                Terapi yang diberikan oleh dokter anak adalah terapi pengganti hormonal untuk membantu pertumbuhan payudara dan traktus genitalia serta mencegah osteoporosis.
                Ovarium tidak mengandung follicle sehingga penderita ini adalah steril.
                Penderita memerlukan konseling dan diberikan informasi mengenai perlunya pemberian terapi pengganti hormonal untuknya serta dapat menerima keadaan dirinya.
                Konselor harus meyakinkan bahwa keadaan ini tidak mengganggu masalah yang berkaitan dengan seksualitas.
                TESTICULAR FEMINIZATION

                Secara fisik, karakteristik eksternal penderita adalah wanita dengan pertumbuhan payudara yang normal sehingga penderita dianggap sebagai wanita.
                Keprihatinan baru muncul saat tidak adanya menstruasi yang diharapkan.
                Pemeriksaan menunjukkan bahwa vagina pendek dan dengan ujung yang buntu.
                Karyotyping 46 XY sehingga pada dasarnya penderita adalah laki-laki.
                Gonad dapat dijumpai dalam cavum abdomen atau dalam kantung hernia.
                Penderita memproduksi testosterone namun jaringan tubuh tidak memiliki enzym alfa reductase yang diperlukan untuk merubah testosteron menjadi dihydroxytestosterone dan tidak terdapat sel-sel reseptor dalam jaringan genital serta kulit.
                Testis dapat mengalami keganasan sehingga perlu pengangkatan dan diberikan terapi hormonal pengganti.


                SINDROMA KLINEFELTER
                Tubuh penderita jangkung, fenotipe wanita dengan pubertas yang terlambat serta memiliki penis kecil dan testis.
                Pemeriksaan kromosome : 47 XXY atau 46 XY/XXY
                Libido umumnya rendah dan dapat diperbaiki dengan testosteron implan namun penis yang kecil menyebabkan kesulitan dalam melakukan hubungan seksual.
                PUBERTAS DINI
                Pubertas dini - Pubertas precocius menunjukkan bahwa maturasi seksual terjadi sebelum usia 9 tahun. Sebagian besar kasus adalah merupakan pembawaan, namun perlu disingkirkan adanya tumor ovarium atau adanya tumor lain yang mensekresi hormon adrenal.
                Pemeriksaan meliputi :
                • Anamnesa dan pemeriksaan lengkap
                • Pemeriksaan pertumbuhan tulang
                • Ultrasonografi, CT scan atau MRI untuk menyingkirkan kemungkinan tumor adrenal dan melakukan pencitraan medis pada otak.
                Penatalaksanaan didasarkan pada masalah psikologis dan endokrinologi.
                Penderita ( dan orang tuanya ) memerlukan dukungan psikologi mengingat bahwa dirinya ( atau diri anaknya ) akan berbeda dengan kelompok individu lain seusianya.
                Bila usia tulang sudah lanjut, maka pada awalnya gadis itu akan nampak jangkung namun akibat penutupan epifise yang terlalu dini maka selanjutnya dia akan menjadi bertubuh pendek.
                Beberapa hormon telah dicoba untuk kasus ini. GnRH analog intranasal setiap hari atau sediaan depot setiap bulan dapat diberikan untuk merubah perkembangan fisik.
                PENYAKIT MENULAR SEKSUAL pada REMAJA
                Penyakit menular seksual adalah infeksi yang sering terjad pada remaja.
                Setiap tahun, sekitar 25% remaja usia 13 – 19 tahun dengan aktitas seksual mengalami infeksi PMS.
                Semakin muda usia melakukan hubungan seksual pertama kali semakin tinggi resiko untuk menderita PMS.
                PMS bakterial tersering adalah akibat infeksi chlamydia dengan skuale berupa penyakit radang panggul , kehamilan ektopik dan infertilitas.
                8% penderita HIV terjadi pada penderita usia 12 – 19 tahun dan sebagian besar tidak menunjukkan gejala apapun.
                Pada tahun 1996 di USA , 60% p enderita gonorrhoe, 25% penderita syphylis dan 17% penderita Hepatitis B terjadi pada kelompok usia 15 – 24 tahun. Pada saat memasuki pendidikan lanjutan, 43% wanita menderita infeksi HPV.
                70% penderita infeksi panggul berusia kurang dari 25 tahun
                Angka kejadian infeksi panggul pada remaja wanita usia 15 tahun dengan aktivitas seksual adalah 1 : 8 dan pada usia 16 tahun sekitar 1 : 10.
                Penyakit Infeksi Panggul diterapi dengan perawatan di RS dan pemberian antibiotika intravena.
                KONTRASEPSI UNTUK REMAJA
                95% kehamilan remaja adalah peristiwa yang tidak diharapkan.
                Pada usia 18 tahun, 25% remaja pernah mengalami kehamilan.
                50% kehamilan remaja terjadi dalam 6 bulan pertama sejak aktivitas seksual dimulai.
                Kontrasepsi adalah pencegahan kehamilan secara sukarela. Advis yang sebaiknya diberikan adalah saran untuk menunda aktivitas seksual. Bila hal ini merupakan hal yang sulit dilaksanakan, maka penjelasan dari berbagai macam jenis kontrasepsi yang ada dapat dijelaskan dengan secara rinci dan remaja dibantu untuk memilih jenis yang sesuai. Misalnya untuk remaja yang mengalami kesulitan untuk mengingat saat minum pil atau kesulitan dalam menyembunyikan pil dari orangtuanya maka dapat diberikan injeksi medroxyprogesteron acetat.
                Keuntungan kontrasepsi bagi remaja : menurunkan nyeri haid, meningkatkan keteraturan haid, menurunkan resiko penyakit radang panggul, anemia dan penyakit payudara fibrokistik, memperbaiki fertilitas jangka panjang dan mengatasi acne dan hirsuitisme.
                Pentingnya pencegahan kehamilan dan penyakit menular seksual juga harus diperhatikan, pemakaian metode penghalang (barrier methode) dapat dijadikan bahan pertimbangan.
                Kontrasepsi darurat dengan regimen terapi progestin-only atau kombinasi estrogen-progestin merupakan cara yang sangat efektif untuk mencegah kehamilan dengan penggunaan yang tepat.
                KEHAMILAN REMAJA
                Sejak dulu sudah disadari bahwa kehamilan remaja adalah kehamilan resiko tinggi. Sebagian dari kasus kehamilan remaja berasal dari kelompok sosial ekonomi rendah, pendidikan rendah ,status kesehatan rendah , nutrisi yang buruk, perokok, penyalah gunaan obat atau kelompok dengan angka kejadian PMS yang tinggi.
                Status nutrisi merupakan hal yang sangat penting dimana kandungan mineral tulang, penyimpanan zat besi, intake kalori yang tidak memadai seringkali terdapat pada remaja dan anemia defisiensi besi sering terjadi pada kasus kehamilan remaja. Penyuluhan dan nasihat diet yang baik dapat membantu perbaikan status gizi dan mencegah anemia.
                Perawatan optimal juga diberikan pada orang tua dari remaja tersebut, tidak hanya untuk memperbaiki outcome kehamilan tetapi juga untuk penyesuaian sosial, emosional serta pengetahuan mereka.
                Komplikasi persalinan sangat tergantung pada kualitas perawatan prenatal. Preeklampsia-eklampsia yang sering terjadi pada primigravida, lebih sering sering terjadi pada kasus kehamilan remaja dibandingkan kehamilan pertama pada wanita dewasa.
                Prematuritas dan BBLR merupakan masalah utama pada kehamilan remaja.
                Faktor predisposisi gangguan kehamilan seperti berat badan sebelum kehamilan yang rendah, kenaikan berat badan selama kehamilan yang tidak memadai, kondisi sosial ekonomi yang buruk, perokok, kecanduan alkohol, anemia, kehamilan pertama dan kurangnya akses untuk memperoleh perawatan prenatal yang berkwalitas sering terjadi pada kasus kehamilan remaja. Untuk mencegah komplikasi prenatal dan memperbaiki outcome maternal dan janin , pasien dan keluarganya harus dilibatkan kedalam program perawatan prenatal yang agresif dan spesifik.
                Rujukan
                1. Acquavella AP, Bravermen P: Adolescent gynecology in the office setting . Pediatr Clin North Am 1999;46;489
                2. Cothrane MM, White JP : Adoslescent behaviour and sexually transmitted disease: The dilemma of human papillomavirus. Health Care Women Int 2002;3; 306
                3. Hewitt G, Cromer B: Update on adolescent contraception. Obstet Gynecol Clin North Am 2000;27,143
                4. Pack Sc et al : Pruritus vulvae in prepubertal children J Am Acad Dermatol 2001;44;795
                5. Chang L, Muram D : Pediatric & Adolescent Gyncology in Current Obstetric & Gynecologic Diagnosis & Treatment. 9th ed, Mc Graw Hill 2003, pp595 – 630
                6. Droegemuller W : Pediatric Gynecology in Comprehensive Gynecology 4th ed , Mosby 2001, pp269 – 294
                7. Llewellyn-Jones D : Gynecological prblems in childhood and adolescence in Obstetric and Gynecology, 7th ed , Mosby 1999, pp 315-318