Janin dapat meninggal secara mendadak dalam uterus akibat kejadian tertentu seperti solusio plasenta, prolapsus talipusat. Keadaan tersebut tidak dapat diramalkan, ; namun kematian janin juga dapat terjadi pada gangguan pertumbuhan atau gangguan fungsi plasenta akibat hipertensi, penyakit maternal lain atau posmatur.
Pada keadaan tertentu, dokter mencoba untuk memperkirakan apakah janin memiliki resiko tinggi mengalami kerusakan akibat hipoksia atau kematian.
Tes kesejahteraan janin merupakan pelengkap pemeriksaan pertumbuhan janin dan sering digunakan secara bersamaan
Indikasi :
- Diperlukan satu pengamatan pertumbuhan janin
- “prolonged pregnancy” , kehamilan berlangsung lebih dari 10 hari dari tanggal perkiraan persalinan
- Ibu mengeluh gerakan janin berkurang
A. HITUNGAN GERAKAN JANIN
Rentang normal aktivitas janin turun dari 90 gerakan per 12 jam pada kehamilan 32 minggu menjadi 50 gerakan menjelang aterm. Perubahan ini disebabkan oleh berubahnya sifat dari aktivitas janin yang semula berupa gerakan gerakan kejut menjadi gerakan yang lebih halus dan terkordinasi dan juga akibat semakin terbatasnya ruang gerak bagi janin.Peristiwa penurunan gerakan janin dapat diamati pada kasus yang berakhir dengan kematian janin akibat hipoksia. Dengan demikian maka keluhan menurunnya gerakan janin memerlukan pemeriksaan lanjutan
Bila gerakan janin dirasakan kurang dari 10 kali selama 12 jam maka ibu diminta untuk mencatat gerakan janin yang dirasakan dan melaporkan hasilnya ke rumah sakit untuk pemeriksaan lanjutan.
Menghitung gerak janin adalah cara sederhana dan murah. Akan tetapi tak dapat digunakan dengan baik pada ibu yang cemas atau tidak dapat menghitung secara konsisten
B. PENILAIAN BIOFISIKAL
Profil biofisikal adalah tehnik pemantauan kesejahteraan janin dengan menggunakan ultrasonografi untuk visualisasi janin dan menggunakan Doppler UltrasonografiTerdapat 5 komponen dari profil biofisikal yang masing masing memiliki skore maksimum 2 sehingga jumlah skore maksimal adalah 10.
4 komponen dari profil biofisikal :
- Gerakan pernafasan janin (fetal breathing movement – FBM (
- Gerakan tubuh kasar,
- Tonus janin dan
- Volume cairan amnion
Komponen terakhir adalah fetal cardiotocography ( CTG ). Tehnik ini menggunakan ultrasound doppler untuk mencatat frekuensi denyut jantung janin dan respon frekuensi DJJ terhadap gerakan janin serta aktivitas uterus.
Janin normal akan memberi respon terhadap gerakan tubuhnya dalam bentuk peningkatan frekuensi denyut jantung . Fenomena ini dicatat pada cardiotocograph.
Kenaikan frekuensi DJJ diatas nilai dasar sebanyak 15 kali dalam waktu 1 menit ( dpm ) dan berlangsung sekurang kurangnya selama 15 detik normal terlihat pada janin sehat setelah terjadinya gerakan janin ( akselerasi ).
Tidak adanya akselerasi mengindikasikan adanya hipoksia janin.
Bila DJJ memperlihatkan adanya 2 akselerasi dalam periode 20 menit maka hasil pemeriksaan CTG disebut REAKTIF. Dan tidak adanya akselerasi menunjukkan adanya NON REAKTIF dan situasi ini memerlukan pemeriksaan lanjutan.
SKEMA PENATALAKSANAAN BERDASARKAN SKORING BIOFISIKAL
SKORE | REKOMENDASI PENATALAKSANAAN |
8 – 10 | Ulang satu minggu kemudian. Pada kasus diabetes ( insulin dependen) dan posmatur , ulang 2 kali seminggu . Bukan indikasi untuk melakukan tindakan intervensi |
4 – 6 | Bila maturasi paru sudah tercapai dan servik sudah matang, lakukan induksi persalinan atau bila tidak lakukan ulangan pemeriksaan 24 jam kemudian. Bila skore tetap 4 – 6 , lahirkan bila maturasi partu sudah tercapai , bila tidak lakukan pematangan paru dengan kortikosteroid dan lahirkan dalam waktu 48 jam kemudian |
0 – 2 | Pertimbangkan untuk melakukan terminasi kehamilan segera, bila paru belum matang berikan kortikosteroid dan lakukan terminasi kehamilan setelah 48 jam. |
Peristiwa deselerasi DJJ sering terjadi pada awal persalinan dan harus ditindaklanjuti dengan pemeriksaan lanjutan. Saat ini penilaian otomatis CTG melalui komputer sudah tersedia sehingga penilaian menjadi lebih mudah , namun keputusan yang akan diambil masih tetap harus mempertimbangkan data klinik.
DIAGNOSA KEHAMILAN ATERM
- Kehamilan 37 – 42 minggu
- Berat > 2500 gram
Analisa cairan amnion
Tes paling akurat untuk menentukan maturitas janin adalah analisa cairan amnion yang dapat diperoleh melalui amniosentesis.
Dilakukan pemeriksaan rasio lesitin : sfingomyelin dan kadar fosfatidyl terhadap cairan amnion. L : S rasio = 2 : 1 menunjukkan sudah adanya maturitas paru janin.
Shake test (adalah pemeriksaan alternatif bila pemeriksaan biokimiawi tidak dapat dilakukan) dengan tehnik sebagai berikut :
- Tabung pertama yang berisi 1 ml cairan amnion di campur dengan 1 ml ethanol 95%
- Tabung kedua yang berisi 1 ml cairan amnion + 0.5 ml ethanol 95% + 0.5 ml normal saline
- Dilakukan pengocokan selama 30 detik
- Gelembung pada tabung kedua + berarti L/S rasio > 2 (janin matur)
- Gelembung pada tabung pertama [ + ] ; pada tabung kedua [ – ] berarti janin masih dalam keadaan tidak menentu (borderline) sehingga kehamilan sebaiknya dipertahankan.
Pemeriksaan Ultrasonografi
Maturitas janin dapat ditentukan melalui serangkaian pemeriksaan ultrasonografi untuk pengukuran biometri yang dilakukan sejak kehamilan dini.
BPD > 9.8 umumnya menunjukkan maturitas janin.
DIAGNOSIS KEMATIAN JANIN
Pada kehamilan dini, tanda pertama kematian janin adalah tidak terjadi pertumbuhan uterus. Pada awalnya tes kehamilan biasanya masih positif, namun menjadi negatif pada pemeriksaan berikutnya.Pada kehamilan lanjut, tanda pertama kematian janin adalah tidak adanya gerakan janin yang dirasakan ibu dan disertai dengan tidak terdengarnya denyut jantung janin.
Pada pemeriksaan radiologis dapat dijumpai :
- Spalding’s sign (tulang tengkorak kepala tumpang tindih) dan
- Robert’s sign ( gelembung udara dalam pembuluh darah) serta adanya
- Menghilangnya lengkungan spinal janin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar