- human Chorionic Gonadotropin
- human Placental Lactogen
- Hormon steroid
- Oksitosin
- Growth Hormon
- ACRH – adrenocorticotropin releasing hormon
- Pro-opiomelanocortin
- Prolactin
- GnRH- Gonadotropin Releasing Hormon
human Chorionic Gonadotropin
- hCG adalah hormon protein yang memiliki subunit alpha yang sama dengan yang terdapat pada FSH,LH dan TSH. Subunit beta adalah unik untuk hCG. Hormon ini paling mirip dengan LH
- hCG diperoduksi oleh sinsitiotrofoblas dan dapat dideteksi dalam serum ibu 8 – 9 hari pasca konsepsi. Hormon ini yang menjadi dasar bagi semua tes kehamilan standar.
- Kadar hCG berlipat ganda setiap 48 jam dalam beberapa minggu pertama kehamilan dan mencapai kadar puncak sebesar 80.000 – 100.000 mIU / mL pada usia kehamilan 8 – 10 minggu. Setelah itu, kadar hCG menurun menjadi 10.000 – 20.000 mIU /mL dan menetap pada nilai tersebut sampai aterm.
- Fungsi utama hCG adalah untuk mempertahankan produksi progesteron corpus luteum sampai plasenta dapat mengambil alih peran produksi progesteron pada usia gestasi sekitar 6 – 8 minggu. Progesteron diperlukan untuk keberhasilan proses kehamilan awal.
- hCG memiliki aktivitas tirotropik yang hanya menjadi berarti secara klinis bila kadar hCG meningkat secara tajam seperti pada kehamilan mola.
- hPL adalah hormon protein yang diperoduksi secara eksklusif oleh plasenta dan terkait erat dengan prolaktin dan hormon pertumbuhan (“growth hormon” )
- Produksi hPL secara langsung bersifat proporsional terhadap masa plasenta dan kadarnya meningkat secara konstan sepanjang kehamilan.
- Fungsi hPL belum diketahui, tetapi hormon ini memiliki aktivitas mirip dengan anti-insulin dan dapat terlibat dengan timbulnya resistensi insulin yang menandai kehamilan
Plasenta adalah sumber utama produksi progesteron dan estrogen selama kehamilan
Didalam plasenta,estrogen di sintesis dari prekursor androgen dan hormon ini penting untuk mempersiapkan uterus dalam menghadapi proses persalinan.
Progesteron terutama berasal dari substrat ibu (kolesterol) dan penting untuk mempertahankan uterus dalam keadaan tenang sebelum proses persalinan dimulai.
KONTROL ENDOKRIN DALAM PERSALINAN
Regulation of Uterine Activity during Pregnancy and Labor.
The regulation of uterine activity during pregnancy and labor can be divided into four distinct physiologic phases — quiescence, activation, stimulation, and involution — that are or may be influenced by a number of stimulatory and inhibitory factors. Question marks indicate a possible influence.
Adapted from : Challis and Gibb5 with the permission of the publisher.
Proposed Mechanism of Labor Induction at Term.
The major hormones and paracrine and autocrine factors responsible for promoting uterine contractions at term in an integrated parturition cascade are shown. CRH denotes corticotropin-releasing hormone, DHEAS dehydroepiandrosterone sulfate, and SROM spontaneous rupture of the fetal membranes.
Adapted from : Norwitz et al.17 Plus signs indicate activation or up-regulation.
- Kesuksesan reproduksi sangat penting untuk kelangsungan hidup suatu spesies. setiap spesies telah memecahkan masalah persalinan dengan yang berbeda-beda. Perbedaan – perbedaan tersebut mungkin mencerminkan status evolusi organisme tersebut atau merupakan representasi pemecahan hambatan-hambatan yang ada dalam reproduksi yang dihadapi oleh setiap spesies (seperti perbedaan plasenta, lama usia gestasi dan jumlah janin per kehamilan)
- Progresi yang lambat dalam pemahaman kita terhadap mekanisme yang bertanggung jawab untuk proses persalinan manusia mencerminkan sebagian besar kesulitan untuk melakukan ekstrapolasi mekanisme pengendalian endokrin di banyak spesies hewan terhadap mekanisme parakrin/autokrin persalinan pada manusia.
- Sejumlah besar bukti menyatakan bahwa, pada sebagian besar hewan vivipara, janin lah yang mengatur kapan persalinan akan terjadi. kemungkinan kondisi persalinan dicapi melalui aktivitas aksis hipotalamus-hipofisis-adrenal –HHA janin sebelum dimulainya proses persalinan dan kondisi semacam ini sering dijumpai disemua spesies
- Suatu “kaskade persalinan” telah diajukan , seperti yang terlihat pada gambar diatas.
- Plasenta manusia merupakan suatu organ steroidogenik inkomplet dan produksi esterogen plasenta membutuhkan obligat androgen. Kelebihan androgen dipasok oleh janin dalam bentuk DHEAS-dehidroepiandrostenedione sulfat.
- Aktivasi aksis hipotalamus-hipofisis-adrenal janin saat aterm menyebabkan pelepasan DHEAS secara berlebihan dan zona intermediate (janin) dari adrenal janin. DHEAS mengalami 16-hidroksilasi di dalam hepar janin dan kemudian melwati sirkulasi janin ke plasenta yang kemudian diubah hampir secara ekslusif menjadi estriol (16-hidroksiestradiol 17 beta)
- Kehamilan manusia ditandai dengan keadaan hiperestrogenik dengan besaran yang tidak paralel untuk seluruh spesies mamalia. Plasenta merupakan suber estrogen primer. Adar esterogen dalam sirkulasi ibu meningkat dengan semakin bertambahnya usia kehamilan. Estron plasenta dan estradiol 17 beta terutama berasal dari androgen C19 ibu (testosteron dan androstenedione) sementara estriol hampir secara eksklusif berasal dari DHEAS janin. Estrogen tidak menyebabkan kontraksi uterus namun mendorong serangkaian perubahan pada miometrium (mencakup peningktana jumlah reseptro prostaglandin, reseptor oksitosin dan “gap junction” ) yang meningkatkan kapasitas miometrium untuk menghasilkan kontraksi uterus.
- Selain DHEAS, kelenjar adrenal janin menghasilkan kortisol yang berperan dalam :
- DHEAS menyiapkan sistem organ janin untuk kehidupan diluar uterus
- DHEAS mendorong ekspresi sejumlah produk plasenta termasuk corticotropin releasing hormon – CRH , oksitosin dan prostaglandin (terutama prostaglandin E2 – PGE2)
- CRH plasenta menginisiasi loop umpan balik postif dengan merangsang HHA janin untuk memproduksi DHEAS dan kortisol yang semakin banyak , yang selanjutnya melakukan “up regulation” ekspresi CRH plasenta (efek stimulai kortisol terhadap CRH plasenta harus di kontras kan dengan inhibisi umpan balik kortisol pada CRH ibu)
- Oksitosin plasenta beraksi secara langsung pada miometrium untuk menyebabkan kontraksi dan secara tidak langsung melalukan “up regulation” terhadap produksi prostaglandin (terutama prostaglandin F2alpha oleh desidua.
- PGF2alpha terutama dihasilkan oleh desidua dan bekerja pada mioemtrium untuk melalukan pengatiuran atas reseptor oksitosin dan “gap junction” sehingga mendorong terjadinya kontraksi uterus.
- PGE2 terutama berasal dari plasenta janin dan mungkin paling penting dalam mendorong maturasi servik serta pecahnya ketuban secara spontan.
Terimakasih pak Bambang... topik yang bapak share di blog ini sangat bermanfaat bagi saya sebagai pengajar keperawatan maternitas..
BalasHapus