Spermatogonium (plural: spermatogonia) adalah gametogenium intermediate pada pria (germ cell) dalam rangkaian proses pembentukan spermatozoa.
Terdapat 3 jenis :
- Sel tipe A(d) dengan inti gelap. Sel-sel ini akan memperbanyak diri untuk memberi pasokan spermatogonium yang konstan untuk kepentingan spermatogenesis
- Sel tipe A (p), dengan inti pucat. Sel-sel ini akan mengalami pembelahan mitosis untuk menghasilkan sel tipe B
- Sel tipe B, sel ini akan membelah diri untuk menghasilkan spermatosit primer.
Masing-masing spermatosit sekunder selanjutnya akan menjalani proses meiosis II untuk menghasilkan 2 buah spermatid haploid.
Jadi 1 spermatid primer akan menjadi 4 buah spermatid
Dinding tubulus seminiferus memiliki spermatogonium diploid, stem cell yang merupakan prekursor sperma
Spermatogonium mengalami pembelahan untuk memperbanyak jumlah spermatogonium atau mengalami diferensiasi menjadi spermatosit.
Proses meiosis masing – masing spermatosit menghasilkan 4 spermatid yang haploid. Proses ini memerlukan waktu sekitar 3 minggu.
Setelah kehilangan sebagian dari sitoplasmanya , spermatid kemudian mengalami diferensiasi menjadi sperma.
SPERMA
Morfologi , sel sperma terdiri dari :
- Bagian kepala : di bagian ujung terdapat acrosome, berisi kromosom haploid yang inaktif
- Bagian tengah : terdapat mitokondria dan sentriole
- Ekor
Gambaran electron microscop sperma
Pria dewasa memproduksi sekitar 100 juta sperma setiap hari dan secara bertahap menuju ke epididimis untuk mengalami pematangan selanjutnya. Lingkungan asam dalam epidedimis mempertahankan sperma matur tetap inaktif.
Selain memproduksi sperma, testis adalah organ endokrin yang menghasilkan testosteron yang berperanan penting dalam perkembangan karakteristik seks sekunder seperti jakun, suara yang berat dan bentuk tubuh yang maskulin. Selain itu testosteron juga berpoeran dalam pembentukan sperma.
Testosteron dibentuk di sel interstitsial diantara tubulus seminiferus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar