BATASAN :
- Fertilitas : kapasitas untuk hamil dan menghasilkan keturunan
- Fekunditas : Kemungkinan untuk hamil selama satu siklus bulanan haid. Angka “normal” = 20 – 25% dengan kemungkinan kumulatif untuk menjadi hamil dalam jangka waktu 12 bulan = 85 – 90%
- Infertilitas : Ketidakmampuan untuk hamil setelah 12 bulan sering melakukan hubungan seksual tanpa kontrapsepsi.
- Infertilitas primer : Pasangan tidak pernah mendapatkan kehamilan.
- Infertilitas sekunder : Pasangan setidaknya pernah mendapatkan satu kehamilan.
- 10 – 15% pasangan usia subur dianggap infertil
- Prevalensi infertilitas tetap konstan, namun dalam dua dekade ini jumlah kunjungan pada dokter pasangan “tidak subur” meningkat. “Epidemi infertiltas” terutama berhubungan dengan penundaan kehamilan elektif.
- Fekunditas pada wanita memuncak pada usia 25 tahun dan setelah usia tersebut mengalami penurunan
- Kebiasaan merokok, penggunaan obat terlarang dan paparan dalam pekerjaan serta lingkungan menurunkan tingkat fekunditas
- Indikasi pemeriksaan jika pasangan telah berusaha untuk mendapatkan kehamilan sekitar satu tahun. Pada sejumlah kasus, akan lebih baik untuk melakukan penilaian yang lebih awal , seperti misalnya wanita sudah berusia > 35 tahun.
- Infertilitas adalah kondisi unik dan menimbulkan pengaruh psikis dan emosional yang jelas. sebagian besar pasangan memandang “kegagalan” mereka untuk mencapai kehamilan sebagai krisis kehidupan ketika mereka merasa tidak berdaya.
- Tujuan utama evaluasi infertilitas adalah:
- Memperoleh pendekatan rasional terhadap diagnosis,
- Menghasilkan suatu penilaian akurat mengenai kemajuan saat itu dan prognosisnya
- Menjelaskan pada pasangan mengenai fisiologi reproduksi
- Memperoleh pendekatan rasional terhadap diagnosis,
- Anamnesis : Keterangan rinci yang diperlukan meliputi :
- Usia pasangan
- Kehamilan sebelumnya
- Lamanya usaha pasangan untuk mendapatkan kehamilan
- Riwayat seksual (frekuensi, penggunaan bahan pelicin, impotensia)
- Usia pasangan
- Pemeriksaan Fisik :
- Kelainan endokrin (hirsuitisme, galaktorea, tiromegali)
- Patologi ginekologi : mioma uteri
- Kelainan endokrin (hirsuitisme, galaktorea, tiromegali)
- Pemeriksaan Laboratorium :
- Hitung darah lengkap
- Urinalisis
- Papaniculoau smear
- Glukosa darah puasa
- Hitung darah lengkap
Penyebab umum infertilitas di evaluasi dengan cara :
- Dokumentasi ovulasi
- Hasil analisa semen
- Evaluasi kepatenan tuba
- Laparoskopi diagnostik (jika ada indikasi)
FAKTOR WANITA (50%)
1. FAKTOR OVARIUM (ANOVULASI) – 20%
- Anamnesis : Amenorea sekunder – menstruasi tidak teratur.
- Pemeriksaan fisik : Obesitas – Hirsuitisme – Galaktorea
- Pemeriksaan Skrining :
- Tersedia perangkat urine untuk deteksi secara akurat “LH surge” pada pertengahan siklus haid yang menunjukkan adanya ovulasi
- Metode lain :
- Pencatatan suhu basal
- Pengukuran kadar progesteron harian
- Pencatatan suhu basal
- Tersedia perangkat urine untuk deteksi secara akurat “LH surge” pada pertengahan siklus haid yang menunjukkan adanya ovulasi
Grafik suhu badan basal yang di ukur pada pagi hari
Konsentrasi hormon selama siklus menstruasi
2. FAKTOR TUBA dan PERITONEUM - 20%
- Anamnesis :
- Riwayat infeksi panggul atau kehamilan ektopik --~-- perlekatan organ panggul?
- Dismenorea sekunder , nyeri panggul siklis –~—endometriosis ?
- Faktor resiko tak jelas dijumpai pada 50% kasus infertilitas !!
- Riwayat infeksi panggul atau kehamilan ektopik --~-- perlekatan organ panggul?
- Pemeriksaan fisik: tanda endometriosis
- Pemeriksaan skrining :
- Hysterosalphyngography
- Hysterosalphyngo contras sonography
- Laparoskopi diagnostik dengan “tubal lavage”
- Hysterosalphyngography
- Terapi : Pembedahan atau FIV – fertilisasi in vitro
- Anamnesis :
- Riwayat riwayat pembedahan servik—~— biopsi konus atau kauterisasi servik
- Paparan DES – diethylstilbesterol –~—endometriosis ?
- Riwayat riwayat pembedahan servik—~— biopsi konus atau kauterisasi servik
- Pemeriksaan fisik: abnormalitas servik, lesi servik
- Pemeriksaan skrining :
- Post coital test – melihat interaksi lendir servik dengan sperma.
- Post coital test : Lendir servik dari yang berasal dari kanalis endoservikalis diperiksa sesaat setelah sanggama. Temuan yang memperlihatkan adanya 5 – 10 sperma progresif per “high power field” dalam lendir jernih aseluer dengan “spinnbarkeit” (elastisitas lendir servik yang tinggi) > 8 cm umumnya dapat diandalkan untuk menyingkirkan kemungkinan faktor servik
- Post coital test – melihat interaksi lendir servik dengan sperma.
- Terapi : IIU - INSEMINASI INTRAUTERUS
- Anamnesis : Cedera testis, infeksi genitourinaria, kemoterapi, parotitis pada masa kecil
- Pemeriksaan Fisik : Hipospadia, varikokel, kriptorkismus (testis kecil) , kelainan penis
- Pemeriksaan Skrining : Analisa semen . Sejumlah sampel harus di analisa ulang karena adanya fluktuasi individual
- Pengobatan : Pembedahan terhadap kelainan yang ada. FIV (fertilisasi invitro) dengan atau tanpa ICSI (intracytoplasmic sperm injection) atau inseminasi donor.
Anamnesis : Istri dapat ber ovulasi dan memiliki tuba falopii yang paten ; suami setidaknya memiliki > 20 juta sperma motil saat ejakulasi.
Pemeriksaan fisik dan skrining : normal
Pengobatan : induksi ovulasi dan IIU dengan sediaan sperma segar yang baru diejakulasi
PROGNOSIS
- 50% pasangan infertil dengan etiologi yang ter identifikasi berhasil mencapai kehamilan.
- 60% pasangan infertilitas dengan etiologi yang tak dapat dijelaskan dan tidak menerima terapi akan mendapatkan kehamilan dalam waktu 3 – 5 tahun
- Keputusan tersulit adalah untuk menentukaan saat dihentikannnya intervensi dan menentuakan saat melakukan adopsi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar